Meneladani Pesan Dari Surat Al-Fatihah


Meneladani Pesan Dari Surat Al-Fatihah
Siapa yang tidak kenal dengan Surat Al-Fatihah?. Ya, surat ini adalah salah satu surat populer yang menempati posisi pertama dalam urutan mushaf dan terus di baca dalam shalat. Oleh sebab itu, sangat wajar bila semua orang dari pelbagai usia bahkan balita sekalipun sudah hafal di luar kepala. Namun sayangnya, hafalan mereka ini banyak yang terhenti di lidah saja. Belum sampai menghujam ke dalam hati dan berubah menjadi tindakan yang  mencerminkan kemuliaan surat tersebut. Sehingga  tidak sedikit dari mereka, yang hanya hafal suratnya namun dangkal penguasaan maknanya. Fasih melantunkannya, namun kaku mengaplikasikan kandungannya dalam aksi nyata. Padahal kalau mereka tahu, Surat Al-Fatihah ini mengandung pesan dan pelajaran berharga yang dapat kita jadikan sebagai guide dalam menjalani ritual ibadah dan social kita supaya menjadi lebih absahh dan berkualitas.
Pesan tersebut secara terpisah, tersirat dari dua sisi: dari nama dan julukannya dan dari isi kandungannya. Dari segi namanya, ada banyak pesan Surat Al-Fatihah yang hendak disampaikan di dalamnya, yakni berdasarkan nama atau julukan yang disematkan kepadanya. Namun di tulisan singkat ini, penulis hanya menyampaikan empat pesan penting berdasakan empat nama dari surat ini.
Pertama, Al-Fatihah. Sebagaimana dalam hadis nabi disebutkan: “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.(HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shomit). Ya, Inilah Nama Yang Paling Popular Untuk Surat Satu Ini. Ada Yang Menyebutnya Dengan Fatihah Al-Kitab dan Fatihah Al-Qur’an. Namun ketiga-tiganya sama, yakni berarti sebagai pembuka. Artinya, Surat Al-Fatihah adalah pembuka dalam pengertian urutan Al-Qur’an pertama adalah Surat Al-Fatihah. Dan pembuka dalam pengertian surat yang pertama kali dibaca adalah surat ini. Dari pengertian ini, setidaknya ada dua pesan yang dapat kita teladani. 1). Sangat mustahil, bila tanpa alasan mengapa Surat Al-Fatihah diletakkan di urutan pertama sebagai pembuka surat-surat Al-Qur’an. Tentu jawabannya karena kemuliannya. Oleh sebab itu, siapa saja yang istiqomah membacanya, maka akan ikut mulia. 2). Sudah semestinya seseorang membuka setiap aktivtasnya dengan surat ini supaya mendapatkan kemulian dan keberkahan. Sebagaimana dalam hadis Nabi ditegaskan: Setiap perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan dzikir pada Allah, maka terputus berkahnya.” (HR. Ahmad).
Kedua, Ummul Kitab atau Ummul Kitab. sebagaimana yang disunggung dalam hadis Nabi: “(Surat) alhamdulillah (yaitu Al Fatihah) adalah ummul qur’an, ummul kitab dan as sab’ul matsani.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah). Disebut dengan ummul kitab karena inti isi dari kitab Al-Qur’an itu di dalam Surat Al-Fatihah. Mulai tentang hukum, nasehat, sejarah, kisah, ilmu pengetahuan hingga ilmu-lain. Maka dari itu, siapa saja yang ingin mengatahui seluk beluk al-qur’an, pahamilah Surat Al-Fatihah dengn seksama sebagai modal awal untuk mengetahui leboh lanjut kedalaman makna Al-Qur’an.
Ketiga, Sab’ul Mastani. Nama ini terambil dari ayat Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 87 yang artinya: “Dan sungguh Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung” (QS. Al Hijr : 87). Maksud sab’ul mastani adalah tujuh ayat yang diulang-ulang. Sebab surat ini selalu diulang-ulang di setiap rakaat shalat. Dari nama tersebut, sudah semestinya seseorang menjadikan surat ini sebagai surat andalan yang terus diulang-ulang membacanya, diulang mentadaburinya, dan diulang mengkajinya. Sehingga dengan itu, kekuatan hafalan di lidah menjadi lebih kuat dan kekuatan menyerap maknanya jmenadi lebih sensitive. Dan pada akhinrya cepat diaplikasikan dalam bentuyk tindakan yang normative, religious dan sosialis.
Keempat, al-syifa. Nama ini terisnpirasi dari hadi Nabi yang menyatakan: “Al Fatihah sebagai syifa (penawar) dari segala racun” (HR. At Tirmidzi). Benar, al-Fatihah adalah al-syifa yang artinya obat. Yakni obat untuk penyakit hati, lahir maupun batin. Banyak riwayat yang menjelaskan keampuhan dari Surat Al-Fatihah ini. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Min Hidayat Shirat Al-Fatihah karya Abdurrazaq bin Abdul Muhsin. Seperti diceritakan bahwa Ibnu Taimiyah yang meruntinkan membaca iyyaka na’budu wa iyyak nasta’in (hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepadamu kami meminta pertolongan) untuk menyembah penyakit riya dan sombong.  Atau seperti yang dilakukan Nabi untuk menyembuhakn penduduk kampung yang terserang sengatan binatang dan demam. Dalam hadits diceritakan seperti ini:
“Bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung  tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantasberkata kepada para  sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bias meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu iapun mendatangi pembesar kampung tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah. Maka pembesar kampung itupun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya, -dan disebutkan- ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kisahnya tadi kepada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al-Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bias tahu Al-Fatihah adalah ruqyah?” Beliaupun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian”(HR. Bukhari dan Muslim).”
Sehingga dari kedahsyatan Surat Al-Fatihah ini sudah semestinya kita jadikan surat al-fatihah untuk mennyembuhkan segala penyakit. Tidak perlu lagi menyatakan bahwa tindakan penyembuhan dengan al-fatihah dan dibarengi dengan media seperti air atau yang lainnya itu bid’ah dan tersesat. Tidak usah. Cukup kita percayakan kesembuhan itu kepada allah selebihnya kita ikhtiar.
Sementara dari segi kandungannya, pesan Surat Al-Fatihah dapat kita simak dari ayat per ayatnya yang sungguh komplit menjangkau semua dimensi keilmuan dan aturan normative yang dibutuhkan umat manusia. Pertama, pesan untuk selalu mencintai Allah dan mengagungan-Nya. Ini tersirat dari ayat Basmalah. Dalam arti, selalu menyebut nama Allah dalam setiap aktivitas adalah tanda-tanda kecintaan seorang hamba kepada tuhannya sebagai harapan supaya apa yang dikerjakannya mendapatkan ridha dan hidayah dari Allah. Kedua, pesan untuk menundukkan sifat riya, sombong takabur. Ini tercermin dalam ayat kedua: Alhamdulillahirabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah, tuhan penguasa alam). Artinya, dengan mengembalikan semua yang kita dapat pujian, harat, kedudukan kepada allah, kita akan terhindar dari sifat sombong dan serakah. Namun justru kita akan mengakui keagungannnya. Ketiga, pesan untuk menjadi manusia yang pengasih kepada makhkuk apapapun: sesama manusia yang lemah khususnya, hewan, maupaun tumbuhah dan lingkungan. Serta menjadi insan yang penyayang kepada orang-orang yang dicintai. Hal ini sebagaimanan yang diharapkan oleh ayat ketiga: al-rahman al-rahim (yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Keempat, pesan untuk mempersipkan bekal untuk akhirat. Dikarenakan hanya amal yang diperlukan dan yang dapat menyelematkan sesorang dari hura hara hari penghisabann dan penimbangan amal. Hal ini tercermin dalam ayat keempat: “maaliki yaumiddin (yang menguasai hari pembalasan). Ayat ini adalah mendidik kita untuk menjadi hamba dan manusia yang cerdas yang tidak hanya mementingkan urusan duniawi semata, namun akhirat juga mesti dipersiapkan sejak dini. Dalam pepatah arab disebutkan: “orang yang cerdas adalah orang yang merendakah nafsunya dan mempersipakan bekal menuju kematian.”
Kelima, pesan untuk terus setia dalam ibadah hanya kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai satu-satunya tempat berggantung. Dengan kata lai, kita diminta untuk tidak riya dan sombong. Demikianlah pesan yang disampaikan dari ayat: “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan).
Keenam, pesan untuk mengikuti aturan Islam, para nabi, ulama dan orang-orang yang benar. Karena itu semua adalah jalan yang lurus yang menunjukkan seseorang jalan kebahagiaan. Pesan ini tersirat dalam ayat: “ihdinanas shiratal mustakim (tunjukilah kami jalan yang lurus). Ayat ini pula memberikan pelajaran untuk terus mencari kebanran tanpa menunggu datang dengan sendirinya. Dengan kata lain, taubat atau hijrahnya seseorang itu bisa diupayakan dan juga karena karunia dari Allah. Sehingga, pada saat itu seseorang akan mendapatkan pencerahan dari usahanya sendiri dan dibantu oleh nur hidayah yang dipancarkan Allah ke dalam hatinya.
Ketujuh, pesan untuk waspada dengan rayuan, bisikan, dan propaganda orang-orang yang membecn islam, yang menimbulkan terror dan yang menyesatkan orang lain hanya karena perbedaan furu’iyyah. Karena itu semua adalah jalan yang keluar dari hidayah Allah dan mendekati kepada kehancuran yang amat bahaya.
Alhasil, demikianlah pesan-pesan yang hendak disampakan dalam Surat Al-Fatihah ini. Intinya, jangan hanya hafal dilidah namun mesti fasih dalam penyerapan kandungannya dan dapat Menerapkannya Dalam Tindakan. Sehingga Kita Menjadi Hamba Mulai Seperti Mulianya Surat al-fatihah di atas surat-surat yang lain. Semoga kita bisa meneladani semua pesan-pesan tersebut. Amin.[]


.






Comments