Pengaruh Al-Qur’anTerhadap Mentalitas Jiwa
Al-Qur’an adalah satu teks suci yang memiliki tingkat satra tinggi. Maknanya dalam, mudah dicerna dan langsung menghujam kepada ke dalam hati siapa saja yang mendengarnya. Itulah firman Allah SWT; satu kalam yang banyak memberikan pengaruh dan perubahan, baik perubahan secara individual maupun perubahan kolektif; baik perubahan mentalitas jiwa maupun perubahan peradaban satu umat munusia. Ini semua telah dibuktikan sendiri dan menjadi kenyataan yang tak perlu di pertentangkan lagi sejak awal penurunan Al-Qur'an sampai waktu sekarang ini.
Berbicara pengaruh Al-Qur'an terhada jiwa, ada beberapa bukti yang menujukkan hal tersebut. Dalam bukunya, Khashaish Al-Qur'an, Dr. Fahd Bin 'Abdurrahman telah menyebutkan diantaranya adalah: pertama, Al-Qur'an telah memberikan pengaruh hebat kepada penduduk Mekah dan Madinah sehingga banyak dari meraka yang kemudian berbodong-bondong masuk Islam. salah satunya adalah dengan suksesnya peristiwa fath al-makkah dan ketentraman kehidupan kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah. Kedua, Al-Qur’an telah membuat orang-orang musysrik menjadi penasaran dan tertarik untuk mengecek isi kitab suci ini ---sekalipun mereka tetap enggan mengimaninya--- sehingga tokoh sekaliber Abu Sufyan Bin Harb, Abu Jahal Bin Hisyam dan Al-Akhnas Bin Syariq yang rela malam hari keluar rumah dan mengintip majelis Rasulullah SAW. untuk mendengarkan apa yang disampaikan beliau kapada kaumnya. lalu pada pagi harinya, mereka kembali dengan membuat dusta dan kebohongan kepada masyarakat atas apa yang di dengarnnya malam hari itu. Mereka bertiga rela untuk bergadang semalaman dan mengindap-indap di setiap lorong-lorang rumah hanya umtuk mendengarkan taktik dan ocean” Muhammad SAW. yang nantinya sebagai bahan untuk membuat propaganda dan fitnah di tengah masyarakat.
Ketiga, Al-Qur’an telah membuat kawatir dan cemas orang-orang kafir jika pengaruh yang disampaikamnya akan diterima olah seluruh penduduk dan merubah keyakinan mereka sebelumnya. Sehingga mereka terus melakukan berbagai aksi mulai dari propaganda, initimidasi bahkan teror untuk mencegah supaya Al-Qur’an tidak sampai di dengar oleh para tetangga dan saudara-saudaranya yang masih berkeyakiman sama. Keempat, Al-Qur'an telah memberikan perlindungan kepada kaum musyrikin karena permintaan mereka supaya tidak dibunuh. Sebagaimana disebutkan: “Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (Qs. Al-Taubah[]6). Sehingga seandainya bukan karena pengaruh tersebut, barangkali putusan perlindungan kepada mereka tidak terjadi. Kelima, Al-Qur’an telah memberikan pengaruh kepada golongan Nasrani yang telah menampilan sikap baik dalam bentuk persahabatan dengan orang-orang yang beriman sambil tidak menyombongkan diri. Sebagaimana dalam dalam surat al-Maidah ayat 82-83 dijelaskan:
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata:
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).”
Selain bukti-bukti di atas, sebenarnya ada fakta lain yang menegaskan akan pengaruh Al-Qur’an terhadap jiwa seseorang tersebut. Diantaranya adalah apa yang disaksikan olah sahabat Nabi ketika kitab suci ini dibacakan. 'Abdullah Bin Mas'ud, umpamanya, dimana dia meriwayatkan bahwa Nabi SAW. telah berkata kepadaku: “bacakanlah kepadaku.” Lalu aku pun menjawab: “wahai Rasulullah, saya diminta membacakan kepada engkau, sementara Al-Qur’an diturunkan kepadamu?.” Beliau menjawab: betul. Lalu aku membaca surat al-Nisa hingga sampai ayat 41: “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)”, beliau kemudian berkata: “sekarang sudah cukup. Maka akupun menoleh dan saat itu kedua mata beliau telah mencucurkan air mata.”
Begitu juga yang terjadi pada diri Umar bin Khatab sewaktu beliau pertama kali mendengar ayat Al-Qur’an dibacakan oleah putrinya sendiri, Hafshah, maka sontak beliau pun langsung tergugah hatinya dan langsung menyatakan Islam kepada Nabi di hadapan para sahabat di majelis Darul Arqam. Belum lagi peristiwa yang terjadi pada diri para sahabat Nabi yang menangis (tatkala) membaca Al-Qur'an, umpanya Abu Bakar yang sangat sensitif menitikkan air mata setiap kali melantunkan ayat, hingga karena rasa sensitif ini, di masa Nabi mengalami sakit parah, beliau mendapatkan titah langsung untuk menjadi imam subuh (dibanding) dengan sahabat-sabahat lain; Umar bin Khattab yang menangis segukan tatkala membaca awal Surat Yusuf hingga ayat 86 hingga terhenti sejenak; Abdurrahman bin Auf yang rela memilih menangis tatkala membaca Surat al-Muzammil ayat 12-13 ketimbang menyantap makan malam, padahal di siang harinya ia telah berpuasa; Aisyah Binti Abu Bakar yang menangis membaca Surat al-Ahzab ayat 33 sampai kerudungnya basah kuyup; Abu Hurairah yang bersedih saat melantunkan Surat al-Takwir seakan-akan ditinggal mati kerabatnya; Abdurrahman bin Rawahah, panglima perang badar yang menangis sesat setalah turunnya ayat 71 Surat Maryam hingga membuat seisi rumah pun turut menangis; Tsabit Bin Qais, Khatibnya kaum Anshar yang mendengar Nabi membaca Surat Lukman ayat 18 hingga membuatnya menutup pintu rumah (baca; tak pernah keluar) dan mulai menangis; Tamim al-Dari yang menangis sepanjang malam di dalam shalatnya lantaran membaca ayat 21 Surat al-Jastiyah; Abdullah bin Umar yang tiba-tiba menangis dan tersungkur tatkala membaca Surat al-Muthaffifin ayat 1-6; Abdullah bin Handzalah yang menangis dan tak mau duduk kembali (tetap dipapah) di saat sakit parah menimpanya lantaran membaca Surat al-A'raf ayat 41; Raja Najasi (Ashamah) yang yang janggutnya basah kuyup lantaran menangis mendengarkan bacaan beberap ayat Surat Maryam oleh utusan nabi di negerinya, Ja'far dan masih banyak lagi Internet (Muhammad Syauman al-Ramli, Dhumu' al-Qurra' (Buka' al-Salaf 'Inda Tilawah Al-Qur'an wa Sima'ihi, (Tunisia: Dar al-Nafais, 2003), cet. 1, hal. ).
Tidak berhenti di situ, pengaruh (kehebatan) Al-Qur'an juga menjadikan jiwa beberapa orang mau menerima Islam dan memeluknya. Sebut saja seperti Dr. Maurice Bucaille, Prof. Jeffrey Lang, Demitri Bolykov, Dr. Atsushi Kamal Okuda, Fidelma O'LEARY, Prof. Amstrong dan lain-lain.Internet Infosiana.net (10/10/2017) http://infosiana.net/subhanallah-24-ilmuwan-dunia-ini-mengakui-kebenaran-alquran/ (diakses 21 Agustus 2018 pukul 13.59 WIB).
Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang serupa dengan ini di kalangan para sahabat atau para ilmuan pada saat itu hingga saat ini. Sekali lagi, semuanya tersebut merupakan fakta kuat bahwa Al-Qur’an memang memilki daya tarik, pendongkrak dan pengaruh yang besar bagi yang mau menerimanya terutama bagi perubahan mentalitas jiwa seseorang yang benar-benar meresapi setiap maknanya dan patuh kepada perintahnya. Sehingga saat itu, ia akan langsung kecanduan kepadanya dan mengakui Islam adalah agama yang mulia. []
Comments
Post a Comment