Sayembara Al-Qur’an


Sayembara Al-Qur’an

Proses penurunan Al-Qur’an kepada masyarakat arab saat itu mengalami peristwa yang dramatis. Tidak serta mesta teks suci tersebut langsung diamini dan diakui oleh mereka. khususnya para orang Quraisy dan pembesarnya sebagai pihak yang sejak awal tak mau mengakui apalagi mengikuti kitab langit tersebut. Sehingga banyak predikat yang mereka layangkan untuk merendakan kalam ilahi ini dan penerimanya, Muhamad Saw. mulai dari predikat sihir, berita palsu, dongeng, hasil adaptasi dari cerita Yahudi dan lain sebagainya. Semua ini tidak lain bertujuan suapa Al-Qur’an tidak menjadi pusat perhatian masyarakat serta untuk menghambat Nabi dalam menyebarkan risalahnya. Karena mereka sejatinya khawatir bila kehadiran Al-Qur’an tersebut justru mempenagruhi para penduduk untuk meninggalkan agama nenek moyangnya dan berbait kepada agama yang baru, Islam.

Meski sekuat tenaga mereka lakukan pencegahan, propaganda dan fitnah-fitnah untuk merendahkan Al-Qur’an dan Nabi, namun tetap saja, mereka tidak mampu. Justru Al-Qur’an semakin memancarkan kehebatan dan sinar keunggulannya. Al-Qur’an justru menjadi “idola” dan terus mendapatkan simpatisan dari masyarakat sehinga sedikit demi sedikit banyak yang mengimaninya bahkan dari golongan Kafir Quraisy pun ada yang mengakui hal tersebut. Mengapa bisa demikian?, karena Al-Qur’an memiilki sisi luar biasa yang melebihi akal manusia pada umumnya. Baik isinya, redaksinya dan apapun yang berkaitan dengannya.
Nah, salah satu sisi kehebatan yang dihadirkan Al-Qur’an untuk melawan para penentangnya adalah dengan memberikan “sayembara” kepada mereka, yakni menantang mereka untuk membuat semisal Al-Qur’an baik satu surat atau sepuluh surat, jika memang mereka mampu dan sok jagoan. Hal ini sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah dilukiskan;
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya)--dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(QS. Al-Baqarah[2]:23-24).
Ayat ini secara tidak langsung merupakan sebuah “Sayembara Al-Qur’an, yakni tantangan Al-Qur’an yang diultimatumkan kepada orang-orang Quraisy atau siapapun itu yang mencoba meragukannya untuk dipersilahkan membuat tandingan yang sepadan atau hanya satu surat aja. Namun kemudian, dengan tegas, Al-Qur’an mematahkan rencana dan usaha mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan sanggup menandingi dirinya. dan kalaupun memaksakan diri untuk mencobanya, maka hasilnya pun sungguh sangat jauh dari kesempurnaan malah menjadi bahan bualan yang memalukan—sebagaimana yang dialami oleh Musailamah Al-Kadzab dengan Surat Al-Fill gubahannya.
Dari sini mungkin kita akan bertanya, seberapa ampuhkah atau faktor apakah yang menjadikan Al-Qur’an sulit ditandangi hingga tak satupun makhkuk yang bisa melakukannya?. Setidaknya ada beberapa alasan terkait hal ini. Pertama, karena Al-Qur’an adalah wahyu Allah dan Dia sendiri yang akan menjaganya. Allah berfirman: 

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9). Ya, dengan posisi Allah sebagai dzat yang abadi dan Maha Kuasa atas segalannya, maka Al-Qur’an yang (juga) merupakan anggitan-Nya akan abadi dan tak ada yang bisa menodainya. Sebab Allah yang menjamin hal tersebut. Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar semua apa yang dilalukan hamba-hamba-Nya .
Kedua, karena Al-Qur’an diturunkan dengan basa Arab yang amat fasih. Allah berfiamn: “Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Al-Syu’ara:195). Benar, hal dememikianlah yang menjadikan orang-orang Arab terkagum-kagumdan keheranan dengan bahasa Al-Qur’an yang tidak seperti bahasa arab pada umumnya. Sebab, ia memiliki ciri khas tersendiri dan sangat retoris. Seperti satu kata yang memiliki beragam makna, katanya singkat yang sarat makna, pengalihan subjek  dari orang pertama ke orang ketiga atau sebaliknya, atau seperti keseimbangan ayat Al-Qur’an dengan jumlah bilangan tertentu. Misal kata al-syuhur/al-syhar (bulan) terulang sebanyak 30 kali seperti banyaknya bulan; kata al-yaum (hari) terulang sebanyak 7 kali layaknya jumlah hari dalam seminggu; kata al-ayyam (hari-hari) terulang seban yak 365 kali layaknya jumlah hari dalam satu tahun dan masih banyak lagi. Hal inilah yangmenjadikan Al-Qur’an sulit ditandingi bahkan oleh sekelas sastarawan quraisy saat itu atau pujangga hebat saat ini sekalipun.
Ketiga, karena Al-Qur’an memiliki penyajian kisah yang unik. Benar, Al-Qur’an memang bukan kitab sejarah, namun di dalamnya tercantum kisah-kisah umat terdahulu yang dapat dijadikan ibrah (perlajaran) bagi orang setelahnya. Namun penyajian kisah tersebut sangatlah berbeda dengan penyajian  kisah di dalam kitab-kitab atau buku sejarah pada umumnya yang tertulis secara runtut dari A sampai Z. Akan tetapi dalam Al-Qur’an justru terpisah-pisah dan tidak disebutkan secara utuh. Hanya cuplikannya saja sementara yang lain disebutkan pada tempat yang berbeda atau bahkan diulang kembali dengan cerita yang sama di tempat yang berbeda. Dan tujuannya adalah tidak lain untuk merangsang si pembaca supaya lebih mereneungi kembali dan menemukan sisi atau pesan tersirat yang belum tersentuh dan supya mereka menemukan pelajaran baru yang berbeda dengan makan tekstualnya. Contohnya seperti kisah tentang enggannya Iblis sujud kepada adam  yang diulang di Q.S. Al-Baqarah: 34, Q.S. Al-Araf: 12, Q.S. Al-Hijr: 33). Inilah yang menjadikan Al-Qur’an lagi-lagi dulit untuk ditangingi.
Keempat, karena Al-Qur’an memiliki pembuka surat (fawatih al-suwar) yang gharib/aneh. Ya, keberadaan pembuka surat atau yang kemudian dikenal dengan huruf muqath’ah seperti alif lam mim, alif lam ra, ‘ain shin qaf, ha mim, tha ha,  ya sin dan lain sebagainya yang sampai sekarang ini masih dianggap misterius apa makananya, semakin memposiskan Al-Qur’an sebagi teks yang kuat dan tak pernah tumbang serta akan terus menjadi jawara. Sebab, hanya Al-Qur’an lah yang memiliki pembuka khitab (percakan) seperti itu. Hal demikian sama sekali tidak ditemukan dalam teks manapun. Maka tidak heran bila pembuka surat tersebut merupakan rahasia Al-Qur’an yang belum bisa terungkap maksudnya  secara pasti. Sebagaiman Ibnu Abbas menyatakan: “setiap kitab Allah memiliki rahasia. Dan rahasia Al-Qur’an terdapat pada huruf-huruf muqatha’ah”. Dan dengan hal itu pula, tantangan Al-Qur’an semakin ditakuti oleh lawan karena ketika mereka menjumpai huruf-huruf asing ini, mereka sudah minder, heran dan kemudian mengakui kekakalahannya (sebelum mencoba).
Alhasil, sampai kapanpun ‘Sayembara Al-Qur’an’ tersebut tidak ada yang bisa melakukannya. Bahkan atas bantuan jin dan manusia sekalipun, sayembara tersebut tetap tak terpecahkan. Dengan seperti itu, kita hanya cukup meyakini bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar mukjizat dan teks ilahi yang mengandung kebenaran, supaya kita selamnat dari api neraka.[]

Comments