TERAPI RUHANI UNTUK
MENEPIS KELALAIAN
“Tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaa
hanya milik Allah", barangkali itulah pernyataan yang tepat untuk
melukiskan derajat segenap materi di dunia ini ketika dihadapan Tuhan Yang Maha
Esa, tidak terkecuali manusia. Ya, sekalipun manusia disebut-sebut sebagai
ciptaan yang mempunyai bentuk paling sempurna (Q.S. At-Tin:2), akan tetapi sisi
kekurangan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam dirinya.
Kekurangan itulah yang selanjutnya bagian dari fitrah bahwa ia adalah makhluk
yang lemah. Selalu bergantung kepada tuhannya, salah, sakit, dan lupa adalah
sebagian dari sisi kelemahan itu. Sifat yang terakhir disebut (lupa), adalah
fitrah alamiah yang sudah melekat di dalam diri setiap insan tanpa bisa dihapus
dari tempatnya. Dan pada saat tertentu ia juga akan berubah menjadi "musibah
dan kendala" bagi mereka khususnya pelajar, peneliti, dan juga para
penghafal Al- Qur'an.
Lupa sebagai Fitrah maksudnya adalah bahwa
setiap insan tanpa terkecuali bahkan para Nabi sekalipun pasti merasakan yang
namanya lupa atau lalai. Baik karena disengaja ataupun tidak. Ia secara bersamaan,
sudah simatkan oleh tuhan di setiap jiwa manusia sebagai tanda akan dari sifat Basyariah-nya.
Karena hal ini, maka sifat lalai tidak bisa dihapus total dari pemiliknya hanya
bisa dihindari dan diminimalisir saja. Sebab, ia adalah sifat alami dan akan sirna
bersamaan dengan datangnya ajal pimiliknya. Sebagaimana sabda Nabi: " Manusia
adalah tempatnya salah dan lupa".
Untuk itu, sifat lupa ini secara terpisah
adalah wajar dan bisa dimaklumi tak bisa disalahkan, namun dalam kondisi dan
situsi tertentu ia bisa berubah wujud menjadi satu hal yang tidak diinginkan
keberadaannya bahkan sampai dibilang sebagai malapetaka untuk sebagian
kalangan. Khusunya bagi mereka para penghafal berat seperti para Huffaz.
Berubahnya sifat lupa dari fitrah menjadi musibah adalah karena faktor pribadi
orangnya. Seperti misalnya, ia sering berbuat maksiat, banyak makan dan
tidurnya, memakan barang haram, selalu menunda-nunda pekerjaan dan lain-lain.
Ini semua merupakan faktor yang berpotensi meimbulkan kelalaian pada seseorang.
Sehingga, ketika ia lupa hafalan, misalnya, padahal sudah berusaha untuk
menjaganya, ia tidak bisa disalahkan. Karena saat itu, ia tengah merasakan
fitrahnya sebagai makhuluk tuhan. Berbeda tatkala ia sudah menghafal namun
kemudian merusak hafalannya dengan melakukan faktor- faktor di atas, maka
kelalaian yang ia alami bukan lagi sebagai fitrah tapi sebagai musibah bagi
dirinya. Na'udzubillah. Demikianlah perbedaan antara lupa sebagai fitrah
dan lupasebagai musibah.
Di satu sisi kita terkagum-kagum dengan
orang yang memiliki ketajaman hafalan yang sangat kuat, sehingga berbagai buku
yang tebal pun bisa di hafal, sebut saja misalnya para sarjana muslim yang
mampu menghafal ribuan hadis beserta sanadnya. Ada yang dijuluki dengan Al-Hafiz
karena hafal 100.000 hadis Matan dan sanadnya, seperti Al Hafiz Ibnu Hajar Al
Asqalani, Ibnu Daqiq Al Hafiz Al Baihaqy, Al Hafiz Nawawy, As- Suyuti dan masih
lagi. Ada juga yang dijuluki dengan Al Hujjah karena telah menghafal
300.000 hadis matan dan sanadnya, seperti Imam Ghazali, Hisyam Bin Urqah dan
lain-lain. Dan hebatnya lagi, mereka ini masih bisa menjaga hafalannya hingga
lanjut usia. Mereka masih ingat apa yang dulu dihafal sewaktu muda.
Sekali lagi kita boleh saja iri dan bertanya-bertanya
mengapa mereka bisa seperti itu?, namun di sisi yang lain kita juga melihat
betapa banyak orang mengeluh kenapa mereka sering lupa, padahal umur mereka
masih sangat muda, padahal baru sebentar mereka merekam dan mengulang
hafalannya. Oleh karena itu, bagaimana cara supaya hafalan tetap terjaga dan
apa teknik mengelola memori otak supaya mudah merekam semua apa yang telah kita
dengar, serta bagaimana ritual batiniah dalam menepis kelalaian, menjadi sangat
penting untuk disampaikan kembali pada tulisan ini. Pentingnya mengemukakan
ulang cara pengelolaan memori otak ini terutama terkait dengan pengelolaan
dalam bentuk amaliah batin seperti doa, wirid maupun puasa khusus adalah karena
bagaimanapun juga, kelalaian itu tidak cukup hanya bisa di tangani dengan
ikhitiar lahiriah saja seperti mengulang-ngulang memori secara rutin, namun juga
dengan ikhtiar batin. Karena ikhtiar batin merupakan penutup sekaligus pelancar
segala ibadah. Sehingga dengannya, ibadah tersebut menjadi berkah dan menemukan
titik akhirnya. Begitu juga dengan persoalan lalai ini, ia pun akan menemukan
titik terangnya sebagai hal bisa diatasi-sekalipun pada dasarnya ia merupakan
fitrah alamiah setiap orang- dengan
menggandengkan ikhitair lahir dan batin. Inilah yang akan menjadi topik utama
dalam tulisan singkat ini.
Namun sebelum memasuki penjelasan tentang
ritual ruhani yang sebenarnya, alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelupa. Dalam kitabnya, At
- Talim Wa Al-Muta'alim, Syekh Az-Zarnuji telah menyampakain persoalan ini,
tepatnya pada fasal " Tentang Hal-Hal Yang Bisa Mendatangkan Kuatnya
Fafalan Dan Hal- Hal Yang Bisa Mendatangkan Kelalaian". Bahwa beliau
menuturkan ada dua kategori faktor yang mendatangkan kelalaian, pertama faktor
umum dan faktor khusus. Faktor umum diperuntukan bagi segala hal tidak hanya
ilmu saja, melainkan semua yang berkaitan dengan memori otak. Sedangkan faktor
khusus diperuntukkan bagi yang menyebebkan ilmu bisa lupa.
Untuk faktor yang pertama ada tiga yaitu
maksiat, banyaknya dosa, gila dan gelisah karena urusan dunia. Tidak diragukan
lagi bahwa ketiga faktor ini merupakan induk dari penyebab lupa paling ganas.
Betapa tidak? Ya, karena ketiga ini adalah penggelap dan pengganggu ketenangan
hati. Kita tahu bahwa ketika hati sudah gelap, maka segala hal yang ada di
dalam tubuh akan goyah dari tempat semulanya. Sehingga seseorang akan sulit
mengingat kembali ingatannya, lalu kemudian berubah menjadi lalai. Dan ia pun
akan merasa berat untuk menghafal. Bukankah hati merupakan tolak ukur baik dan buruknya
anggota tubuh. Jika hati sehat maka anggota tubuh yang lain akan sehat pula.
Namun sebaliknya, jika ia rusak maka rusak dan gelisahlah angggota badan yang
lain. Sebagaimana sabda Nabi: "ketahuilah
bahwa si dal jasad ada segumpal daging, dimana ketika daging itu sehat maka
sehat pula seluruh angggota tubuh. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh
tubuh yang lain. Segumpal darah itu adalah hati”.
Dan salah satu perusak hati itu adalah
berbuat maksiat. Sehingga ketika hati rusak karena maksiat, maka hati menjadi resah,
pikiran terasa terbebani, otak sulit menangkap ide dan gagasan, dan saat itu
pula kelalian akan merajalela. Bukankah kita pernah mendengar pengaduan Imam
Syafi' perihal hafalannya yang sesekali lupa. Bahwa diceritakan suatu saat beliau
mengadukan hafalannya yang hari kian melemah dan sering lupa, kemudian gurunya,
Imam Waki' memberikan jalan keluar kepada beliau suapaya meninggalkan maksiat.
Karena ilmu adalah cahaya, dan cahaya tidak akan diberikan bagi orang orang
yang bermaksiat. Demikian kata Imam Waki'. dan setelah mendapat wasiat gurunya
itu, akhirnya kelalaian yang dialami beliau terobati.
Sedangkan banyak dosa dan gila dunia juga
sebagai penyebab lupa karena ia perusak hati sebagaimana maksiat diatas. Kata Al-Ghazali
dosa besar diibaratkan sebagi titik hitam yang akan mengotori jernihnya hati.
Jadi ketika seseorang mempunyai dosa besar, berarti hatinya tertutupi oleh
titik tituk hitam itu. Semakin banyak dosa, semakin tebal. Semakin tebal titik
itu, maka semakin keraslah hati itu. Saat hati sekeras batu, segala apapun akan
sulit diterima dan masuk dalm memori. Justru malah semua ingatan menjadi
melemah dan lupa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
dari kesalahan-kesalahanmu” (QS. Asy-Syura: 30).
Sama halnya dengan terlalu tergila-gila
terhadapa dunia, juga merupakan faktor yang mendatangkan kelalaian. Karena
ketika seseorang terlena dengan kenikmatan dunia maka otomatis segala
orientasinya akan tertuju kepadanya. Ia terpengaruh dengan rayuan-rayuan
memukau di dalamnya. Ia sibuk hanya untuk mensukseskan kepentingan duniawiyah-nya,
sedangkan urusan spiritualnya, mentalnya, dan intelektualnya menjadi
terbelakang. Sehingga saat itu juga, ia akan merasakan kegelapan hati yang amat
menyesakkan karena ketidakpuasan dirinya atas dunia yang ia miliki.
Sebagaiamana Az-zarnuji dengan tegas mengatakan :
"Seperti
telah kami kemukakan di atas, bahwa orang yang berakal itu jangan tergila-gila
dengan perkara dunia, karena akan membahayakan dan sama sekali tidak ada
manfaatnya. Gila dunia tak lepas dari akibat kegelapan hati, sedang gila
akhirat tak lepas dari akibat hati bercahaya yang akan tersakan di kala shalat.
Kegilaan dunia akan menghalangi berbuat kebajikan, tetapi kegilaan akhirat akan
membawa kepada amal kebajikan".
Disamping ketiga faktor di atas, ada satu
faktor lain yang juga tidak kalah membahayakannya dalam memberikan pengaruh
terhadapa kelalaian seseorang yaitu banyak makan dan tidur. Barangkali dua
kegiatan ini tidak usah diragukan lagi dampaknya. Semua orang sudah mengakui
kebenarannya bahkan sudah memakan korban dalam jumlah besar. Dalam satu
kesempatan, Al - Ghazali berkata dalam kitabnya, Minhajul 'Abidin “
banyak makan dan minum ini setidaknya mempunyai sepuluh dampak bahaya dan salah
satu dari itu adalah menghilangkan kecerdasan dan menjadi pelupa. Karena ia
bisa merubah akal, untuk itu- kata beliau- seyogangnya bagi seseorang tidak memakan
kecuali benar- benar memaksanya dan sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan)”.
Demikianlah beberapa faktor umum yang bisa
mendatangkan kelalaian dalam segala hal tidak hanya ilmu saja. Sedangkan faktor
khusus penyebab lupanya ilmu- sebagaimana yang dikatakan dimuka- adalah makan
ketumbar, buah apel masam, melihat salib, membaca tulisan pada kuburan,
berjalan disela-sela unta terikat, membuang ke tanah kutu yang masih hidup, dan
berbekam pada tengkuk kepala. Ini semua, kata Az-Zarnuji menjadikan orang
pelupa. Maka singkirkanlah sebisa mungkin dalam kehidupan sehari- hari.
Barangkali ketika membaca peryataan beliau
itu secara spontan kita pun akan bertanya-bahkan bisa jadi kita akan mengatakan
tidak masuk akal. Betapa tidak? Masa iya hal- hal seperti makan ketumbar,
melihat tulisan kuburan, berjalan di sela- sela unta terikat bisa menjadikan
seseorang bisa pelupa, dari mana dasarnya?. Wajar saja kita berkomentar
demikian, tapi sebentar dulu kita amati sejenak dibalik semua kegiatan itu.
Pasti ada rahasia yang tersimpan di dalamnya. Kita mulai dari makan ketumbar
dan apel masam; kenapa bisa membuat orang pelupa? Barangkali karena kedua buah
tersebur mengandung kadar keasaman yang tinggi dan bau yang menyengat, sehingga
bisa mengurangi daya kinerja otak pada umumnya. Padahal nutrisi otak yang baik
adalah berupa makanan yang manis dan berbau harum tidak seperti dua buah tersebut.
Ini merupakan tinjauan medis.
Sedangkan
melihat salib dan tulisan kuburan alasannya adalah mungkin karena
keduanya merupakan bagian dari maksiat mata dan bisa membuat seseorang terhanyut
dalam suasana kesedihan ditinggal orang yang dicintainya, padahal sebelumnya
sudah merelakan dengan setuluh hati. Namun terusik kembali dengan melihar
namanya di pekuburan sehingga bisa jadi ia menyesali apa yang terjadi tempo
dulu dan hal itu membuat dirinya merasa sesak dan gelisah kembali. Sedangkan
alasan tidak diperbolehkannya membekan tengkup kepala adalah karena area
tersebut merupakan jalur sensitif dan pusat sel-sel saraf otak untuk bekerja.
Sehingga jika dilakukan pembekaman, aliran darah akan mempengaruhi sel sarah
tersebut menjadi tidak teratur dan selanjutnya berdampak pada kerja otak
semakin lemah dan lambat. Yang akhirnya memicu terjadinya kelalaian pada diri
seseorang.
Kemudian untuk berjalan di sela- sela onta
yang terikat, membuang kutu yang masih hidup ke tanah, barangkali sampai
sekarang ini belum ada keterangan yang sepenuhnya menjelaskan alasan ketiga hal
tersebut bisa menjadikan orang pelupa, bahkan dalam kitab Syarah At- Ta'lim
dimana a-zarnuji mengatakan pernyataan terabut, juga tidak dijelasakn secara
deteil alasan maupun dasar pengambilan faktor pelupa yang satu ini. Barangkali
cukup bagi kita untuk mengimaninya saja.
Riyadhoh Lahir
Dan Riyadhoh Batin
Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal
bahwa lupa bisa sebagai fitrah dan musibah. Barangkali untuk yang pertama tidak
ada maslah yang serius karena ia bagian dari sifat penciptaan manusia. Sedangkan
yang kedua itulah yang semestinya mendapat penangangan khusus supaya kelalain
itu tidak menjadi malapetapa atau musibah yaang merusak intelektual dan spiritual
kaum manusia khususnya para pelajar. Untuk itu, upaya peencegahan atau tindakan
prefentif dalam menghadang kelalaian menjadi sangat diperlukan. Yang dalam hal
ini di ada dua, pertama tindakan preventif bersifat dzahir bisa latihan fisik
atau teknis dan kedua betaifat batin/ ruhani berupa doa- doa dan wirid atau
bahkan Rajah dan Wifiq
Tindakan preventif yang bersifat dzahir
sangat banyak jumlahnya, sebagian dari itu adalah pertama, menyedikitkan makan
dan minum. Dimana kita tahu bahwa kedua hal tersbut merupakan penyebab utama
kelalaian seseorang, untuk itu menyedikitkan makan dan minum adalah terapi
fisik dalam meminimalisir potensi lalai tersebut. Sebab orang yang banyak makan
akan mudah sakit dikarenakan melebihi porsi yang seharusnya. Dalam kitab Adab
Al- Alim Wa Muta' Alim karya K.H. Hasyim Asy' Ari disebutkan;
'Hendaklah
seseorang menyedikitkan makan dan minum, karena terlalu kenyang akan menjadikan
sesorang merasa berat untuk beribadah. Hal ini disebabkan makanan dan minuman tersebut
membawa banyak penyakit. Sebagaimana dikatakan :"bahwa sesungguhnya
penyakit itu lebih bamyak bersumber dari makanan dan minuman”.
Oleh karena itu, adalah sangat tepat sekali
apa yang dikatakan Nabi tentang porsi makanan yang sebenarnya. Dalam satu
hadits beliau mengatakan bahwa “Tidaklah seorang anak Adam mengisi sesuatu
yang lebih buruk dari perutnya sendiri ,cukuplah bagi anak adam beberapa suap
yang dapat menegakkan tulang punggungnya, jikapun ingin berbuat lebih, maka
sepertiga untuk makanan dan sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk
nafasnya”. ( HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Disamping itu, beliu juga
selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Semua perlakuan beliau ini bertujuan
untuk menjaga kehatan itu sendiri dari bahaya berlebihan makan minum dan
kekenyangan. Demikialah etika yang semestinya menjadi rutinitas keseharian kita
terlebih bagi yang menginginkan terhindar dari penyakit kelalaian.
Kemudian cara bagaimana menyedikitkan makanan
adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Az - Zarnuji yaitu dengan menghayati
faedah dan mamfaat yang timbul dari makan sedikit. Antara lain adalah badan
sehat, lebih terjaga dari yang haram dan berarti pula ikut memikirkan nasib
orang lain. Atau dengan cara menghayati faedah dan mamfaat yang timbul dari makan
sedikit. Antara lain adalah badan sehat, lebih terjaga dari yang haram dan
berarti pula ikut memikirkan nasib orang lain. Caranya lagi untuk mengurangi
makan, adalah dengan makanan yang berlemak. Makan makanan yang lebih lembut dan
disukai terlebih dahulu. Dan jangan bersama-sama orang yang sedang lapar sekali
selain bila hal itu justru harus dilakukan karena bertujuan baik. Misalnya agar
kuat berpuasa, mengerjakan shalat atau perbuatan-perbuatan lain yang berat,
bolehlah dilakukan. Demikian keterangan dalam kitab At-Taklim Wa Al- Muta'
Alim hal.5.
Disamping ditekankan sekali untuk menyedikitkan
makan, seseorang juga diharuskan menghindari beberapa jenis makan dan minuman seperti
buah apel masam, kacang-kacangan, cuka, terlalu banyak minum susu dan ikan laut.
Karena semua jenis makana minuma ini bisa mengurangi kecerdasan dan melemahkan
kekuatan panca indra terlebih ketika makanan dan minuman tersebut menghasilkan
banyak lendir di tenggorokan. Oleh sebab itulah, dalam dunia fikih kita
dianjurkan untuk bersiwak atau sikat gigi untuk menghilangkan lendir tersebut
yang bisa menjadikan seseorang bosoh dan lemaah berpikir. Demikian yang
dikatakan oleh Haayim Asy’ari dalam kitabnya, Adab Al 'Alim Wa Muta'alim.
Hal. 27.
Ritual dzahir yang kedua adalah mengulang- ngulang
ilmu atau ingatan yang pernah dihafal. Ada sebuah teknik yang sangat apik dalam
mengelola hafalan atau ingatan ini, sebagaimana yang diformulasikan oleh Az-
Zarnuji dalam kitab Ta'lim-nya yakni dengan mengulang Pelajaran hari kemarin
diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2
kali, dan hari sebelumnya lagi satu kali. Dan terus seperti ini setiap memperoleh
pelajaran baru.
Kemudian -lanjut Az- Zarnuji- hendaknya
saat mengulang pelajaran tersebut jangan pelan-pelan. Belajar lebih bagus
bersuara kuat dengan penuh semangat. Namun jangan terlalu keras, dan jangan
pula hingga menyusahkan dirinya yang menyebabkan tidak bisa belajar lagi.
Segala sesuatu yang terbaik adalah yang cukupan. Suatu hikayat menceritakan,
bahwa suatu saat Abu Yusuf sedang mengikuti Mudzakarah Fiqh dengan suara
kuat dan penuh semangat. Lalu dengan rasa heran, iparnya berkata: “saya tahu
Abu Yusuf telah lima hari kelaparan, tapi ia tetap munadharah dengan suara
keras dan penuh semangat”.
Satu teknik lagi yang bisa mengurangi kelalaian
adalah senantiasa mencatat ilmu atau pelajaran dalam tulisan. Karena tulisan
merupakan pengikat ilmu tersebut ketika sewaktu - waktu lupa atau dibutuhkan.
Sebagaimana dalam syair dikatakan " ilmu itu bagikan buronan, sedangkan
tulisan adalah pengikatnya, maka ikatlah buruan itu dengan tulisan”. Untuk
itu, dimanapun dan kapanpun selagi di dalamnya terdapat perkumpulan yang
bermanfaat, hendaknya kita sudah mempersiapkan catatan kecil untuk mengabadikan
apa yang didiskusikan dalam majelis itu. Dengan tujuan, supaya suatu saat
nanti, jika tiba waktunya kita ternyata lupa atau tengah memerlukan keterangan
yang terkait dengan materi diskuksi itu, kita bisa langsung saja mengeceknya
dalam catatan kecil tersebut.
Ini semua merupakan bentuk ritual lahiriah
dalam menepis kelalaian yang secara rutin meski dipraktekan setiap saat.
Sedangkan ritual batin atau ruhaninya ada berapa jenis yakni sebagai berikut:
1. Bersiwak
Dalam Fikih, Bersiwak merupakan bagian dari
bersuci (At-Thaharah) seperti halnya Wudhu, Tayamum, Mandi dan Istinja. Hanya saja,
objek sasaranya adalah mulut dan gigi yang mengelilinginya. Caranya dengan kayu
Firjon - sejenis kayu yang lembut dan tak mudah bau- atau dengan sikat
gigi yang digosok- gosakkan pada area mulut dan gigi untuk menghilangkan sia-
sia makanan, bau mulut dan lendir yang menempel di tenggoronkan.
Sebagaimana diketahui bahwa sia- sia
makanan tersebut terlebih lendir yang menempel di dinding tenggorokan merupakan
sesuatu yang bisa menjadikan sesorang lemah otaknya dan pelupa. Untuk itu,
bersiwak atau gosok gigi adalah cara yang tepat untuk menghilangkannya. Karena
hal ini, maka bersiwak sangat dianjurkan. Bahkan dalam suatu hadis, ia sempat
akan diwajibakan bagi seluruh umat Muhammad karena penting dan begitu banyak
manfaat di dalamnya. Namun akhirnya, Nabi tidak menjadikannya sebagian dari kewajiban
agama kawatir akan memberatkan umat beliau. Oleh karena itu, cukup saja
disunahkan atau dianjurkan saja. Nabi bersabda: "seandainya aku mau
membebani umatkku, maka sungguh akau akan memerintahkan mereka supaya bersiwak”.
2. Shalat Malam
Tidak dipungkiri lagi bahwa shalat malam
atau Tahajud merupakan ritual ruhani yang mempunyai manfaat dan fadilah yang
sangat banyak. Salah satunya adalah bisa menguatkn daya ingat sebagaimana yang
dikatakan oleh az-zarnuji dalam Kitab At- Ta' Lim- nya. Shalat malam
bisa memperkuat daya ingat dikarenakan keistimewaan waktu pelaksnananya yakni
sepertiga malam. Dimana waktu tersebut merupakan waktu mustajab. Siapapun yang berdoa
di dalamnya maka akan dikabulkan. Sebagimana dalam hadis disebutkan:
"Perintah Allah turun ke langit di waktu tinggal
sepertiga yang akhir dari waktu malam, lalu berseru, adakah orang-orang yang
memohon (berdoa) pasti akan kukabulakn, adakah orang yang meminta, pasti akan
Kuberikan dan adakah yang mengharap ampunan, pasti akan kuampuni baginya sampai
tiba waktu Subuh."
Disamping dikabulakan doanya, melaksanakan
tahajud juga akan menpatkan pelakunya
pada maqom yang terpuji. Wujud dari maqom terpuji tersbut adalah dikuatkannya
daya ingatan. Dalam Al-Quran Allah berfirman :
“Dan pada
sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."
(QS A1-Isra [17]: 79).
Oleh sebab
itu, melakukan Shalat Tahajud sesering mungkin akan menguatkan daya ingatan dan
juga memanimalisir kelalaian Allah berfirman:“Sesungguhnya bangun di waktu
malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih
terkesan.” [Al-Muzzammil/73: 6]
Selain shalat malam, terdapat shalat khusus
yang sengaja diperuntukan untuk menguatkan hafalan dan penangkal kelaalain.
Yakni Shalat Taqwiyyatul Hifzi. Dan siapapun orangnya yang berdoa di dalamnya
maka akan dikabulkan. Sebagaimna dalam riwayat ibnu abbas yang dinukil oleh
Syekh Luqmanul Hakim Al-Basyeban dalam kitabnya, Saiful Muta'alimin Li
Tashil Al- Mafahim hal. 2-4 disebutkan bahwa Shalat Taqwiyatul Hifzi ini
dikerjakan pada malam Jumat lebih utama pada pertengahan malamnya dengan jumlah
rakaatnya 4. Rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Yasin, rakaat kedua
membaca al-Fatihah dan surat Ad- Dukhan, rakaat ketiga al-Fatihah dan Surat As-
Sajdah dan pada rakaat keempat membaca Al-Fatihah dan Surat Tabarak. Kemudin
setelah tasyahud akhir membaca tahmid, shalawat dan istighfar. Lalu disambung
dengan doa:
اَلّلَهُمَّ بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ ذَالْجَلاَلِ
وَالْإِكْرَامِ وَاْلغِزَّةِ الَّتِي لَاتُرَامُ اَسْئَلُكَ يَا اللهُ يَارَحْمَنُ
بِجَلاَلِكَ وَنُوْرِكَ اَنْ تُلْزِمَ قَلْبِي حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِي
وَارْزُقْنِيْ اَنْ اَتْلُوْهُ عَلىَ النَّحْوِ الَّلذِي يُرْضِيكَ عَنِّي
اَلّلَهُمَّ بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ ذَالْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
وَاْلغِزَّةِ الَّتِي لَاتُرَامُ اَسْئَلُكَ يَا اللهُ يَارَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ
وَنُوْرِكَ اَنْ تُنَوِّرَ بِكِتَابِكَ بَصَرِي وَاَنْ تُطْلِقَ بِهِ لِسَانِي وَاَنْ
تُفَرِّجَ بِهِ بَدَنِي فَإِنّهُ لَايَعْنِيْنِيْ عَلىَ اْلحَقِّ غَيْرُكَ وَلاَ
يُؤْتِيْهِ اِلّاَ اَنْتَ وَلَاحَوْلاَ وَلَاقُوَّة اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ
اْلغَظِيْمِ
Dalam hadis Ibnu Abbas tersebut disebutkan bahhwa
barangsiapa yang dapat melaksanakan shalat ini selama tiga jumat-an atau lima
atau tujuh, maka dengan izin Allah ia akan dikabulkan.
3. Membaca Al-Quran
Al-quran merupalan kitab mukjizat yang
mulia, maka tidak mengherangkan jikalau membacanya akan mendapatkan balsana
yang setimpal yakni sepuluh kebaikan untuk setiap hurufnya. Disamping itu,
dengan membaca Al-Quran baik binnadzor maupun Bil ghaib tentu
mempunyai pengaruh/astar tersendiri bagi pembacanya. Yakni ketenangan jiwa,
pikiran, dan hati karena lantunan ayat-ayatnya yang begitu indah dan menawan.
Sehingga karena ketenangan itulah, daya ingatan akan terus terjaga sehingga
semakin hari semakin tajam. Inilah bukti dari kemukjizatan yang terkandung di
dalam Al-Qur’an ini. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang maksudnya: “Bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah
Ta’ala (al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa
yang membacanya pula, baginya cahanya di hari kiamat.”
4. Doa Dan
Wirid untuk menguatkan Daya Ingatan
Berikut adalah beberapa doa dan wirid sebagai
penangkal kalaialain dan penambah kekuatan daya ingatan dengan rincian sebagai
berikut:
a. Sewaktu Mengambil
Buku Atau Kitab, Hendaknya Berdoa:
بِسْمِ اللَهِ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالحْمَدْ
لِلهِ وَلاَحَوْلَا وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِ اْلعَظِيْمِ
اْلعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ عَدَدَ كُلَ حَرْفٍ كُتِبَ وَيُكْتَبُ اَبَدَ
اْلآَبِدِيْنَ وَدَهْرَ الدَّاهِرِيْنَ .
Begitu juga
setelah Shalat Fardhu dianjurkan untuk memanjatkan doa berikut ini :
اَمَنْتُ بِاللهِ الْوَاحِدِ اْلأَحَدِ وَحْدَهُ
لَاشَرِيْكَ لَهُ وَكَفَرْتُ بِمَا سِوَاهُ
b. Shalat Untuk
Menarik Kerdasan Dan Hafalan Yang Baik.
Dalam kitab yang sama, Saiful Mafahim
hal. 5-6 disebutkan satu amalan yang tidak kalah penting untuk dicoba khususnya
bagi para santri pondok pesantren yang masih memiliki kental nilai jiwa
keyakinanya. Yakni shalat untuk menarik kecerdasan dan hafalan yang kuat.
Adapun tatacaranya adalah sebagai berikut:”Tulislah pada tempat atau wadah yang
suci dengan minyak Zakfaran dan mawar kalimat Al-Hamdulilah, Ayat Kursi, Inna
Anzalnaahu, Surat Yasin, Suarat Al Waqi'ah, Suarat Al-Hasyr, Sabbih, Tabarak, Suarat
Al-Ikhlas, Dan Suarat Al-Mu’awidzatain. Kemudian leburkan itu semua dengan air
zamzam atau air hujan. Lalu tambahkan atau taburkan dua misqol[1]
air susu, sepeluluh misqal gula, sepuluh misqal madu. Kemudian letakkan wadah
tersebut di tempat terbuka pada malam hari dan letakkan di atasnya satu batang
besi, setelah itu shalatlah di akhir malamnya dua rakaat dimana pada rakaat pertama
membaca Al-Fatihah dan Al-Ikhlas 50 kali. Setelah selesai lalu minumlah air
yang telah engkau ramu itu. Insyaallah bisa menguatkan kekuatan hafalan.
c. Wirid Khusus
Penghilang Kelalaian
Ada beberapa jenis doa atau wirid yang
secara khusus disusun sebagai penepis kelalaian. Semua wirid dan doa di bawah
ini mungkin oleh sebagian kalangan dipertanyakan kesahihannya. Artinya dari
mana dan dalil apa yang mendasari wirid dan doa tesebut sehingga tersusun.
Kendatipun demikian, kiranya kita selaku santri atau para orang awam hanya
perlu meyakini dan memantapkan hati bahwa semua wirid dan doa ini merupakan
cerminan dari tirakat para Salaffunasshalih dalam mengelolo daya ingatan
dan menghilangkan kelalaian mereka. Yang mana kita tahu bahwa riyadah (latihan
batin) yang mereka lakukan sangat memberikan efek positif bagi diri mereka sendiri
dan kita sebagai pengikutnya hanya bisa menjalankan apa yang mereka wariskan
dengan harapan semoga bisa meraiah manfaat positif dari doa dan wirid ini sebagaimana
yang mereka dapatkan.
Doa dan wirid ini seluruhnya terambil dari
satu kitab karangan Syekh Lykamnul Halim Al-Basyeban, Siful Mutaalimin Li
Tashil Mafahim" Fi Ad- Da’awat Wal Auraad Al Waridah Lisur’atil Fahmi Wa
Izalatin Nisyan (hal. 7, 14,27, 44) yang diterbitkan dibawah yayasan pondok
pesantren Al-falah. Dusun Gumenggeng Desa Janti RT 15 RW 06 Kecamatan Wates
Kabupaten Kediri- Jawa Timur. Yakni satu kitab yang secara khusus menghimpun
berbagai doa dan wirid untuk membantu para santri dan pelajar dalam mempercepat
memahami pelajaran dan untuk menghilangkan kelalaain yang mereka alami. Semua
wirid dan doa di dalamnya,-menurut penyusunnya-didasarkan pada hadis dan asar
sahabat dan juga qaul ulama. Oleh karena itu, ada berbagai jenis sighat
(redaksi) doa atau wirid yang disebutkan dalam kitab tersebut. Apapun bentuk redaksi,
anda boleh memilih ketika menghendaki untuk dipraktekan. Jenis wirid dan doa
itu adalah sebagai ini:
1. Bacakan Basmalah
786 kali di atas wadah yang berisi air. Kemudian minumlah air tersbut ketika
terbitnya matahari selama tujuh hari. Insyaaalah karena ini, kebodohan akan
segera sirna dan anda akan mudah menghafal segala sesuatu yang anda dengar.
2. Melanggengkan
doa berikut ini sebagaimana keterangan dalam kitab Al Arbaiin Al Idriyyah.
Dengan izin allah, insyaalah kelalaian akan sirna.
يَا عَلّاَمُ اْلغُيُوْبِ فَلَاشَيْءَ يَفُوْتُهُ
مِنْ عِلْمِهِ وَلاَ يَؤُدُهُ
3. Membaca Shalawat Kamaliyah yakni
اَلُّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ
كَمَا لَانِهَايَةَ لِكَمَاِلكَ وَعَدَدِ كَمَالِهِ
Diantara
Magrib dan Isya dengan jumlah tak ditentukan artinya sebanyak- banyaknya.
Insyaallah juga bisa menghilangkan kelalaian
4. Dalam hadis
Salma RA dari Nabi SAW bahwa Nabi bersbada " barangsiapa yang menulis Ayat
Kursi dengan minyak zakfaran tujuh kali pada telapak tangan yang kanan. Dimama
semua yang ia tuliskan kemudian dijilat jilat denngan lidahnya, maka ia tidak
akan lupa dan malaikatpun akan memintakan ampunan untuknya”.
5. Membaca doa:
الَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيَّ فُتُوْحَ
اْلعَارِفِيْنَ بِحِكْمَتِكَ وَانْشُرْ عَلَيَّ رَحْمَتَكَ وَذَكِّرْنِي مَانَسِيْتُ
يَاذَالْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
6. Barangsiapa
yang berwudhu kemudian duduk di tempat yang sunyi bersih sambil menghadap
kiblat, lalu membaca Al-Fatihah 70 kali dan disetiap kalinya, ia memghembuskan
bacaannya tersebut ke dalam air setelah itu lalu diminum selama tujuh hari,
maka Insyaallah hilanglah penyakit lupa.
Demikianlah beberapa jenis wirid maupun doa
sebagai terapi ruhani dalam menepis kelalaian. Harapan disampaikan wirid adalah
supaya seseorang tidak melupakan ikhtiar batin dalam menghendaki suatu tujuan.
Karena ada beberapa.dari kita yang melupakan ikhitair batin seperti membaca
doa, dan lebih mengunggulkan ikhyiar lahir. Padahal iikhtiar batin juga tidak
kalah penting dan ikut andil dalam memperlancar suatu maksud dan tujuan
tersebut. Semoga bermanfaat.[]
Daftar Rujukan
Terjemah Alquran Departemen Agama 2010
Az- Zarnuji, Ta' Lim Al- Muta'alim Fi Thariqat At -
Ta' Alum, Jakarta: Dar Ihya, Cet.1.
Al- Ghazali, Minhajul.' Abidin, Libanon:Dar
Fikr. 1435 H.
Hasyim Asy'ari, Adabul ' Alim Wa Al' Muta' Alim,
Jombang:Dar At-Turast Islami, Tanpa Tanpa.
Al-Basyeban, Lukanul Hakim, Saifulmuta' Alimin Li
Tashil Al Mafahim: Fi Ad- Da' Awat Wa Al- Auraad Al- Waridah Li Sur' Ati Al-
Fahmi Wa Izalat An- Nisyan, Kediri: Pon.Pes. Alfalah, Tanpa Tahun
Comments
Post a Comment