TERAPI RUHANI UNTUK MENEPIS KELALAIAN


TERAPI RUHANI UNTUK MENEPIS KELALAIAN
“Tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaa hanya milik Allah", barangkali itulah pernyataan yang tepat untuk melukiskan derajat segenap materi di dunia ini ketika dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, tidak terkecuali manusia. Ya, sekalipun manusia disebut-sebut sebagai ciptaan yang mempunyai bentuk paling sempurna (Q.S. At-Tin:2), akan tetapi sisi kekurangan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam dirinya. Kekurangan itulah yang selanjutnya bagian dari fitrah bahwa ia adalah makhluk yang lemah. Selalu bergantung kepada tuhannya, salah, sakit, dan lupa adalah sebagian dari sisi kelemahan itu. Sifat yang terakhir disebut (lupa), adalah fitrah alamiah yang sudah melekat di dalam diri setiap insan tanpa bisa dihapus dari tempatnya. Dan pada saat tertentu ia juga akan berubah menjadi "musibah dan kendala" bagi mereka khususnya pelajar, peneliti, dan juga para penghafal Al- Qur'an.
Lupa sebagai Fitrah maksudnya adalah bahwa setiap insan tanpa terkecuali bahkan para Nabi sekalipun pasti merasakan yang namanya lupa atau lalai. Baik karena disengaja ataupun tidak. Ia secara bersamaan, sudah simatkan oleh tuhan di setiap jiwa manusia sebagai tanda akan dari sifat Basyariah-nya. Karena hal ini, maka sifat lalai tidak bisa dihapus total dari pemiliknya hanya bisa dihindari dan diminimalisir saja. Sebab, ia adalah sifat alami dan akan sirna bersamaan dengan datangnya ajal pimiliknya. Sebagaimana sabda Nabi: " Manusia adalah tempatnya salah dan lupa".
Untuk itu, sifat lupa ini secara terpisah adalah wajar dan bisa dimaklumi tak bisa disalahkan, namun dalam kondisi dan situsi tertentu ia bisa berubah wujud menjadi satu hal yang tidak diinginkan keberadaannya bahkan sampai dibilang sebagai malapetaka untuk sebagian kalangan. Khusunya bagi mereka para penghafal berat seperti para Huffaz. Berubahnya sifat lupa dari fitrah menjadi musibah adalah karena faktor pribadi orangnya. Seperti misalnya, ia sering berbuat maksiat, banyak makan dan tidurnya, memakan barang haram, selalu menunda-nunda pekerjaan dan lain-lain. Ini semua merupakan faktor yang berpotensi meimbulkan kelalaian pada seseorang. Sehingga, ketika ia lupa hafalan, misalnya, padahal sudah berusaha untuk menjaganya, ia tidak bisa disalahkan. Karena saat itu, ia tengah merasakan fitrahnya sebagai makhuluk tuhan. Berbeda tatkala ia sudah menghafal namun kemudian merusak hafalannya dengan melakukan faktor- faktor di atas, maka kelalaian yang ia alami bukan lagi sebagai fitrah tapi sebagai musibah bagi dirinya. Na'udzubillah. Demikianlah perbedaan antara lupa sebagai fitrah dan lupasebagai musibah.
Di satu sisi kita terkagum-kagum dengan orang yang memiliki ketajaman hafalan yang sangat kuat, sehingga berbagai buku yang tebal pun bisa di hafal, sebut saja misalnya para sarjana muslim yang mampu menghafal ribuan hadis beserta sanadnya. Ada yang dijuluki dengan Al-Hafiz karena hafal 100.000 hadis Matan dan sanadnya, seperti Al Hafiz Ibnu Hajar Al Asqalani, Ibnu Daqiq Al Hafiz Al Baihaqy, Al Hafiz Nawawy, As- Suyuti dan masih lagi. Ada juga yang dijuluki dengan Al Hujjah karena telah menghafal 300.000 hadis matan dan sanadnya, seperti Imam Ghazali, Hisyam Bin Urqah dan lain-lain. Dan hebatnya lagi, mereka ini masih bisa menjaga hafalannya hingga lanjut usia. Mereka masih ingat apa yang dulu dihafal sewaktu muda.
Sekali lagi kita boleh saja iri dan bertanya-bertanya mengapa mereka bisa seperti itu?, namun di sisi yang lain kita juga melihat betapa banyak orang mengeluh kenapa mereka sering lupa, padahal umur mereka masih sangat muda, padahal baru sebentar mereka merekam dan mengulang hafalannya. Oleh karena itu, bagaimana cara supaya hafalan tetap terjaga dan apa teknik mengelola memori otak supaya mudah merekam semua apa yang telah kita dengar, serta bagaimana ritual batiniah dalam menepis kelalaian, menjadi sangat penting untuk disampaikan kembali pada tulisan ini. Pentingnya mengemukakan ulang cara pengelolaan memori otak ini terutama terkait dengan pengelolaan dalam bentuk amaliah batin seperti doa, wirid maupun puasa khusus adalah karena bagaimanapun juga, kelalaian itu tidak cukup hanya bisa di tangani dengan ikhitiar lahiriah saja seperti mengulang-ngulang memori secara rutin, namun juga dengan ikhtiar batin. Karena ikhtiar batin merupakan penutup sekaligus pelancar segala ibadah. Sehingga dengannya, ibadah tersebut menjadi berkah dan menemukan titik akhirnya. Begitu juga dengan persoalan lalai ini, ia pun akan menemukan titik terangnya sebagai hal bisa diatasi-sekalipun pada dasarnya ia merupakan fitrah alamiah setiap orang-  dengan menggandengkan ikhitair lahir dan batin. Inilah yang akan menjadi topik utama dalam tulisan singkat ini.

Namun sebelum memasuki penjelasan tentang ritual ruhani yang sebenarnya, alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelupa. Dalam kitabnya, At - Talim Wa Al-Muta'alim, Syekh Az-Zarnuji telah menyampakain persoalan ini, tepatnya pada fasal " Tentang Hal-Hal Yang Bisa Mendatangkan Kuatnya Fafalan Dan Hal- Hal Yang Bisa Mendatangkan Kelalaian". Bahwa beliau menuturkan ada dua kategori faktor yang mendatangkan kelalaian, pertama faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum diperuntukan bagi segala hal tidak hanya ilmu saja, melainkan semua yang berkaitan dengan memori otak. Sedangkan faktor khusus diperuntukkan bagi yang menyebebkan ilmu bisa lupa.
Untuk faktor yang pertama ada tiga yaitu maksiat, banyaknya dosa, gila dan gelisah karena urusan dunia. Tidak diragukan lagi bahwa ketiga faktor ini merupakan induk dari penyebab lupa paling ganas. Betapa tidak? Ya, karena ketiga ini adalah penggelap dan pengganggu ketenangan hati. Kita tahu bahwa ketika hati sudah gelap, maka segala hal yang ada di dalam tubuh akan goyah dari tempat semulanya. Sehingga seseorang akan sulit mengingat kembali ingatannya, lalu kemudian berubah menjadi lalai. Dan ia pun akan merasa berat untuk menghafal. Bukankah hati merupakan tolak ukur baik dan buruknya anggota tubuh. Jika hati sehat maka anggota tubuh yang lain akan sehat pula. Namun sebaliknya, jika ia rusak maka rusak dan gelisahlah angggota badan yang lain.  Sebagaimana sabda Nabi: "ketahuilah bahwa si dal jasad ada segumpal daging, dimana ketika daging itu sehat maka sehat pula seluruh angggota tubuh. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh yang lain. Segumpal darah itu adalah hati”.
Dan salah satu perusak hati itu adalah berbuat maksiat. Sehingga ketika hati rusak karena maksiat, maka hati menjadi resah, pikiran terasa terbebani, otak sulit menangkap ide dan gagasan, dan saat itu pula kelalian akan merajalela. Bukankah kita pernah mendengar pengaduan Imam Syafi' perihal hafalannya yang sesekali lupa. Bahwa diceritakan suatu saat beliau mengadukan hafalannya yang hari kian melemah dan sering lupa, kemudian gurunya, Imam Waki' memberikan jalan keluar kepada beliau suapaya meninggalkan maksiat. Karena ilmu adalah cahaya, dan cahaya tidak akan diberikan bagi orang orang yang bermaksiat. Demikian kata Imam Waki'. dan setelah mendapat wasiat gurunya itu, akhirnya kelalaian yang dialami beliau terobati.
Sedangkan banyak dosa dan gila dunia juga sebagai penyebab lupa karena ia perusak hati sebagaimana maksiat diatas. Kata Al-Ghazali dosa besar diibaratkan sebagi titik hitam yang akan mengotori jernihnya hati. Jadi ketika seseorang mempunyai dosa besar, berarti hatinya tertutupi oleh titik tituk hitam itu. Semakin banyak dosa, semakin tebal. Semakin tebal titik itu, maka semakin keraslah hati itu. Saat hati sekeras batu, segala apapun akan sulit diterima dan masuk dalm memori. Justru malah semua ingatan menjadi melemah dan lupa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu” (QS. Asy-Syura: 30).
Sama halnya dengan terlalu tergila-gila terhadapa dunia, juga merupakan faktor yang mendatangkan kelalaian. Karena ketika seseorang terlena dengan kenikmatan dunia maka otomatis segala orientasinya akan tertuju kepadanya. Ia terpengaruh dengan rayuan-rayuan memukau di dalamnya. Ia sibuk hanya untuk mensukseskan kepentingan duniawiyah-nya, sedangkan urusan spiritualnya, mentalnya, dan intelektualnya menjadi terbelakang. Sehingga saat itu juga, ia akan merasakan kegelapan hati yang amat menyesakkan karena ketidakpuasan dirinya atas dunia yang ia miliki. Sebagaiamana Az-zarnuji dengan tegas mengatakan :
"Seperti telah kami kemukakan di atas, bahwa orang yang berakal itu jangan tergila-gila dengan perkara dunia, karena akan membahayakan dan sama sekali tidak ada manfaatnya. Gila dunia tak lepas dari akibat kegelapan hati, sedang gila akhirat tak lepas dari akibat hati bercahaya yang akan tersakan di kala shalat. Kegilaan dunia akan menghalangi berbuat kebajikan, tetapi kegilaan akhirat akan membawa kepada amal kebajikan".
Disamping ketiga faktor di atas, ada satu faktor lain yang juga tidak kalah membahayakannya dalam memberikan pengaruh terhadapa kelalaian seseorang yaitu banyak makan dan tidur. Barangkali dua kegiatan ini tidak usah diragukan lagi dampaknya. Semua orang sudah mengakui kebenarannya bahkan sudah memakan korban dalam jumlah besar. Dalam satu kesempatan, Al - Ghazali berkata dalam kitabnya, Minhajul 'Abidin “ banyak makan dan minum ini setidaknya mempunyai sepuluh dampak bahaya dan salah satu dari itu adalah menghilangkan kecerdasan dan menjadi pelupa. Karena ia bisa merubah akal, untuk itu- kata beliau- seyogangnya bagi seseorang tidak memakan kecuali benar- benar memaksanya dan sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan)”.
Demikianlah beberapa faktor umum yang bisa mendatangkan kelalaian dalam segala hal tidak hanya ilmu saja. Sedangkan faktor khusus penyebab lupanya ilmu- sebagaimana yang dikatakan dimuka- adalah makan ketumbar, buah apel masam, melihat salib, membaca tulisan pada kuburan, berjalan disela-sela unta terikat, membuang ke tanah kutu yang masih hidup, dan berbekam pada tengkuk kepala. Ini semua, kata Az-Zarnuji menjadikan orang pelupa. Maka singkirkanlah sebisa mungkin dalam kehidupan sehari- hari.
Barangkali ketika membaca peryataan beliau itu secara spontan kita pun akan bertanya-bahkan bisa jadi kita akan mengatakan tidak masuk akal. Betapa tidak? Masa iya hal- hal seperti makan ketumbar, melihat tulisan kuburan, berjalan di sela- sela unta terikat bisa menjadikan seseorang bisa pelupa, dari mana dasarnya?. Wajar saja kita berkomentar demikian, tapi sebentar dulu kita amati sejenak dibalik semua kegiatan itu. Pasti ada rahasia yang tersimpan di dalamnya. Kita mulai dari makan ketumbar dan apel masam; kenapa bisa membuat orang pelupa? Barangkali karena kedua buah tersebur mengandung kadar keasaman yang tinggi dan bau yang menyengat, sehingga bisa mengurangi daya kinerja otak pada umumnya. Padahal nutrisi otak yang baik adalah berupa makanan yang manis dan berbau harum tidak seperti dua buah tersebut. Ini merupakan tinjauan medis.
Sedangkan  melihat salib dan tulisan kuburan alasannya adalah mungkin karena keduanya merupakan bagian dari maksiat mata dan bisa membuat seseorang terhanyut dalam suasana kesedihan ditinggal orang yang dicintainya, padahal sebelumnya sudah merelakan dengan setuluh hati. Namun terusik kembali dengan melihar namanya di pekuburan sehingga bisa jadi ia menyesali apa yang terjadi tempo dulu dan hal itu membuat dirinya merasa sesak dan gelisah kembali. Sedangkan alasan tidak diperbolehkannya membekan tengkup kepala adalah karena area tersebut merupakan jalur sensitif dan pusat sel-sel saraf otak untuk bekerja. Sehingga jika dilakukan pembekaman, aliran darah akan mempengaruhi sel sarah tersebut menjadi tidak teratur dan selanjutnya berdampak pada kerja otak semakin lemah dan lambat. Yang akhirnya memicu terjadinya kelalaian pada diri seseorang.
Kemudian untuk berjalan di sela- sela onta yang terikat, membuang kutu yang masih hidup ke tanah, barangkali sampai sekarang ini belum ada keterangan yang sepenuhnya menjelaskan alasan ketiga hal tersebut bisa menjadikan orang pelupa, bahkan dalam kitab Syarah At- Ta'lim dimana a-zarnuji mengatakan pernyataan terabut, juga tidak dijelasakn secara deteil alasan maupun dasar pengambilan faktor pelupa yang satu ini. Barangkali cukup bagi kita untuk mengimaninya saja.

Riyadhoh Lahir Dan Riyadhoh Batin
Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal bahwa lupa bisa sebagai fitrah dan musibah. Barangkali untuk yang pertama tidak ada maslah yang serius karena ia bagian dari sifat penciptaan manusia. Sedangkan yang kedua itulah yang semestinya mendapat penangangan khusus supaya kelalain itu tidak menjadi malapetapa atau musibah yaang merusak intelektual dan spiritual kaum manusia khususnya para pelajar. Untuk itu, upaya peencegahan atau tindakan prefentif dalam menghadang kelalaian menjadi sangat diperlukan. Yang dalam hal ini di ada dua, pertama tindakan preventif bersifat dzahir bisa latihan fisik atau teknis dan kedua betaifat batin/ ruhani berupa doa- doa dan wirid atau bahkan Rajah dan Wifiq
Tindakan preventif yang bersifat dzahir sangat banyak jumlahnya, sebagian dari itu adalah pertama, menyedikitkan makan dan minum. Dimana kita tahu bahwa kedua hal tersbut merupakan penyebab utama kelalaian seseorang, untuk itu menyedikitkan makan dan minum adalah terapi fisik dalam meminimalisir potensi lalai tersebut. Sebab orang yang banyak makan akan mudah sakit dikarenakan melebihi porsi yang seharusnya. Dalam kitab Adab Al- Alim Wa Muta' Alim karya K.H. Hasyim Asy' Ari disebutkan;
'Hendaklah seseorang menyedikitkan makan dan minum, karena terlalu kenyang akan menjadikan sesorang merasa berat untuk beribadah. Hal ini disebabkan makanan dan minuman tersebut membawa banyak penyakit. Sebagaimana dikatakan :"bahwa sesungguhnya penyakit itu lebih bamyak bersumber dari makanan dan minuman”.
Oleh karena itu, adalah sangat tepat sekali apa yang dikatakan Nabi tentang porsi makanan yang sebenarnya. Dalam satu hadits beliau mengatakan bahwa “Tidaklah seorang anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya sendiri ,cukuplah bagi anak adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya, jikapun ingin berbuat lebih, maka sepertiga untuk makanan dan sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk nafasnya”. ( HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Disamping itu, beliu juga selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Semua perlakuan beliau ini bertujuan untuk menjaga kehatan itu sendiri dari bahaya berlebihan makan minum dan kekenyangan. Demikialah etika yang semestinya menjadi rutinitas keseharian kita terlebih bagi yang menginginkan terhindar dari penyakit kelalaian.
Kemudian cara bagaimana menyedikitkan makanan adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Az - Zarnuji yaitu dengan menghayati faedah dan mamfaat yang timbul dari makan sedikit. Antara lain adalah badan sehat, lebih terjaga dari yang haram dan berarti pula ikut memikirkan nasib orang lain. Atau dengan cara menghayati faedah dan mamfaat yang timbul dari makan sedikit. Antara lain adalah badan sehat, lebih terjaga dari yang haram dan berarti pula ikut memikirkan nasib orang lain. Caranya lagi untuk mengurangi makan, adalah dengan makanan yang berlemak. Makan makanan yang lebih lembut dan disukai terlebih dahulu. Dan jangan bersama-sama orang yang sedang lapar sekali selain bila hal itu justru harus dilakukan karena bertujuan baik. Misalnya agar kuat berpuasa, mengerjakan shalat atau perbuatan-perbuatan lain yang berat, bolehlah dilakukan. Demikian keterangan dalam kitab At-Taklim Wa Al- Muta' Alim hal.5.
Disamping ditekankan sekali untuk menyedikitkan makan, seseorang juga diharuskan menghindari beberapa jenis makan dan minuman seperti buah apel masam, kacang-kacangan, cuka, terlalu banyak minum susu dan ikan laut. Karena semua jenis makana minuma ini bisa mengurangi kecerdasan dan melemahkan kekuatan panca indra terlebih ketika makanan dan minuman tersebut menghasilkan banyak lendir di tenggorokan. Oleh sebab itulah, dalam dunia fikih kita dianjurkan untuk bersiwak atau sikat gigi untuk menghilangkan lendir tersebut yang bisa menjadikan seseorang bosoh dan lemaah berpikir. Demikian yang dikatakan oleh Haayim Asy’ari dalam kitabnya, Adab Al 'Alim Wa Muta'alim. Hal. 27.
Ritual dzahir yang kedua adalah mengulang- ngulang ilmu atau ingatan yang pernah dihafal. Ada sebuah teknik yang sangat apik dalam mengelola hafalan atau ingatan ini, sebagaimana yang diformulasikan oleh Az- Zarnuji dalam kitab Ta'lim-nya yakni dengan mengulang Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali, dan hari sebelumnya lagi satu kali. Dan terus seperti ini setiap memperoleh pelajaran baru.
Kemudian -lanjut Az- Zarnuji- hendaknya saat mengulang pelajaran tersebut jangan pelan-pelan. Belajar lebih bagus bersuara kuat dengan penuh semangat. Namun jangan terlalu keras, dan jangan pula hingga menyusahkan dirinya yang menyebabkan tidak bisa belajar lagi. Segala sesuatu yang terbaik adalah yang cukupan. Suatu hikayat menceritakan, bahwa suatu saat Abu Yusuf sedang mengikuti Mudzakarah Fiqh dengan suara kuat dan penuh semangat. Lalu dengan rasa heran, iparnya berkata: “saya tahu Abu Yusuf telah lima hari kelaparan, tapi ia tetap munadharah dengan suara keras dan penuh semangat”.
Satu teknik lagi yang bisa mengurangi kelalaian adalah senantiasa mencatat ilmu atau pelajaran dalam tulisan. Karena tulisan merupakan pengikat ilmu tersebut ketika sewaktu - waktu lupa atau dibutuhkan. Sebagaimana dalam syair dikatakan " ilmu itu bagikan buronan, sedangkan tulisan adalah pengikatnya, maka ikatlah buruan itu dengan tulisan”. Untuk itu, dimanapun dan kapanpun selagi di dalamnya terdapat perkumpulan yang bermanfaat, hendaknya kita sudah mempersiapkan catatan kecil untuk mengabadikan apa yang didiskusikan dalam majelis itu. Dengan tujuan, supaya suatu saat nanti, jika tiba waktunya kita ternyata lupa atau tengah memerlukan keterangan yang terkait dengan materi diskuksi itu, kita bisa langsung saja mengeceknya dalam catatan kecil tersebut.
Ini semua merupakan bentuk ritual lahiriah dalam menepis kelalaian yang secara rutin meski dipraktekan setiap saat. Sedangkan ritual batin atau ruhaninya ada berapa jenis yakni sebagai berikut:
1.      Bersiwak
Dalam Fikih, Bersiwak merupakan bagian dari bersuci (At-Thaharah) seperti halnya Wudhu, Tayamum, Mandi dan Istinja. Hanya saja, objek sasaranya adalah mulut dan gigi yang mengelilinginya. Caranya dengan kayu Firjon - sejenis kayu yang lembut dan tak mudah bau- atau dengan sikat gigi yang digosok- gosakkan pada area mulut dan gigi untuk menghilangkan sia- sia makanan, bau mulut dan lendir yang menempel di tenggoronkan.
Sebagaimana diketahui bahwa sia- sia makanan tersebut terlebih lendir yang menempel di dinding tenggorokan merupakan sesuatu yang bisa menjadikan sesorang lemah otaknya dan pelupa. Untuk itu, bersiwak atau gosok gigi adalah cara yang tepat untuk menghilangkannya. Karena hal ini, maka bersiwak sangat dianjurkan. Bahkan dalam suatu hadis, ia sempat akan diwajibakan bagi seluruh umat Muhammad karena penting dan begitu banyak manfaat di dalamnya. Namun akhirnya, Nabi tidak menjadikannya sebagian dari kewajiban agama kawatir akan memberatkan umat beliau. Oleh karena itu, cukup saja disunahkan atau dianjurkan saja. Nabi bersabda: "seandainya aku mau membebani umatkku, maka sungguh akau akan memerintahkan mereka supaya bersiwak”.
2.      Shalat Malam
Tidak dipungkiri lagi bahwa shalat malam atau Tahajud merupakan ritual ruhani yang mempunyai manfaat dan fadilah yang sangat banyak. Salah satunya adalah bisa menguatkn daya ingat sebagaimana yang dikatakan oleh az-zarnuji dalam Kitab At- Ta' Lim- nya. Shalat malam bisa memperkuat daya ingat dikarenakan keistimewaan waktu pelaksnananya yakni sepertiga malam. Dimana waktu tersebut merupakan waktu mustajab. Siapapun yang berdoa di dalamnya maka akan dikabulkan. Sebagimana dalam hadis disebutkan:
"Perintah Allah turun ke langit di waktu tinggal sepertiga yang akhir dari waktu malam, lalu berseru, adakah orang-orang yang memohon (berdoa) pasti akan kukabulakn, adakah orang yang meminta, pasti akan Kuberikan dan adakah yang mengharap ampunan, pasti akan kuampuni baginya sampai tiba waktu Subuh."
Disamping dikabulakan doanya, melaksanakan tahajud juga akan menpatkan pelakunya  pada maqom yang terpuji. Wujud dari maqom terpuji tersbut adalah dikuatkannya daya ingatan. Dalam Al-Quran Allah berfirman :
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS A1-Isra [17]: 79).
Oleh sebab itu, melakukan Shalat Tahajud sesering mungkin akan menguatkan daya ingatan dan juga memanimalisir kelalaian Allah berfirman:“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih terkesan.” [Al-Muzzammil/73: 6]
Selain shalat malam, terdapat shalat khusus yang sengaja diperuntukan untuk menguatkan hafalan dan penangkal kelaalain. Yakni Shalat Taqwiyyatul Hifzi. Dan siapapun orangnya yang berdoa di dalamnya maka akan dikabulkan. Sebagaimna dalam riwayat ibnu abbas yang dinukil oleh Syekh Luqmanul Hakim Al-Basyeban dalam kitabnya, Saiful Muta'alimin Li Tashil Al- Mafahim hal. 2-4 disebutkan bahwa Shalat Taqwiyatul Hifzi ini dikerjakan pada malam Jumat lebih utama pada pertengahan malamnya dengan jumlah rakaatnya 4. Rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Yasin, rakaat kedua membaca al-Fatihah dan surat Ad- Dukhan, rakaat ketiga al-Fatihah dan Surat As- Sajdah dan pada rakaat keempat membaca Al-Fatihah dan Surat Tabarak. Kemudin setelah tasyahud akhir membaca tahmid, shalawat dan istighfar. Lalu disambung dengan doa:
اَلّلَهُمَّ بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ ذَالْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ وَاْلغِزَّةِ الَّتِي لَاتُرَامُ اَسْئَلُكَ يَا اللهُ يَارَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ وَنُوْرِكَ اَنْ تُلْزِمَ قَلْبِي حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِي وَارْزُقْنِيْ اَنْ اَتْلُوْهُ عَلىَ النَّحْوِ الَّلذِي يُرْضِيكَ عَنِّي اَلّلَهُمَّ بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ ذَالْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ وَاْلغِزَّةِ الَّتِي لَاتُرَامُ اَسْئَلُكَ يَا اللهُ يَارَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ وَنُوْرِكَ اَنْ تُنَوِّرَ بِكِتَابِكَ بَصَرِي وَاَنْ تُطْلِقَ بِهِ لِسَانِي وَاَنْ تُفَرِّجَ بِهِ بَدَنِي فَإِنّهُ لَايَعْنِيْنِيْ عَلىَ اْلحَقِّ غَيْرُكَ وَلاَ يُؤْتِيْهِ اِلّاَ اَنْتَ وَلَاحَوْلاَ وَلَاقُوَّة اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلغَظِيْمِ
Dalam hadis Ibnu Abbas tersebut disebutkan bahhwa barangsiapa yang dapat melaksanakan shalat ini selama tiga jumat-an atau lima atau tujuh, maka dengan izin Allah ia akan dikabulkan.
3. Membaca Al-Quran
Al-quran merupalan kitab mukjizat yang mulia, maka tidak mengherangkan jikalau membacanya akan mendapatkan balsana yang setimpal yakni sepuluh kebaikan untuk setiap hurufnya. Disamping itu, dengan membaca Al-Quran baik binnadzor maupun Bil ghaib tentu mempunyai pengaruh/astar tersendiri bagi pembacanya. Yakni ketenangan jiwa, pikiran, dan hati karena lantunan ayat-ayatnya yang begitu indah dan menawan. Sehingga karena ketenangan itulah, daya ingatan akan terus terjaga sehingga semakin hari semakin tajam. Inilah bukti dari kemukjizatan yang terkandung di dalam Al-Qur’an ini. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang maksudnya: “Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahanya di hari kiamat.”
4. Doa Dan Wirid untuk menguatkan Daya Ingatan
Berikut adalah beberapa doa dan wirid sebagai penangkal kalaialain dan penambah kekuatan daya ingatan dengan rincian sebagai berikut:
a. Sewaktu Mengambil Buku Atau Kitab, Hendaknya Berdoa:
بِسْمِ اللَهِ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالحْمَدْ لِلهِ وَلاَحَوْلَا وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِ اْلعَظِيْمِ اْلعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ عَدَدَ كُلَ حَرْفٍ كُتِبَ وَيُكْتَبُ اَبَدَ اْلآَبِدِيْنَ وَدَهْرَ الدَّاهِرِيْنَ .
Begitu juga setelah Shalat Fardhu dianjurkan untuk memanjatkan doa berikut ini :
اَمَنْتُ بِاللهِ الْوَاحِدِ اْلأَحَدِ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَكَفَرْتُ بِمَا سِوَاهُ
b. Shalat Untuk Menarik Kerdasan Dan Hafalan Yang Baik.
Dalam kitab yang sama, Saiful Mafahim hal. 5-6 disebutkan satu amalan yang tidak kalah penting untuk dicoba khususnya bagi para santri pondok pesantren yang masih memiliki kental nilai jiwa keyakinanya. Yakni shalat untuk menarik kecerdasan dan hafalan yang kuat. Adapun tatacaranya adalah sebagai berikut:”Tulislah pada tempat atau wadah yang suci dengan minyak Zakfaran dan mawar kalimat Al-Hamdulilah, Ayat Kursi, Inna Anzalnaahu, Surat Yasin, Suarat Al Waqi'ah, Suarat Al-Hasyr, Sabbih, Tabarak, Suarat Al-Ikhlas, Dan Suarat Al-Mu’awidzatain. Kemudian leburkan itu semua dengan air zamzam atau air hujan. Lalu tambahkan atau taburkan dua misqol[1] air susu, sepeluluh misqal gula, sepuluh misqal madu. Kemudian letakkan wadah tersebut di tempat terbuka pada malam hari dan letakkan di atasnya satu batang besi, setelah itu shalatlah di akhir malamnya dua rakaat dimana pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan Al-Ikhlas 50 kali. Setelah selesai lalu minumlah air yang telah engkau ramu itu. Insyaallah bisa menguatkan kekuatan hafalan.
c. Wirid Khusus Penghilang Kelalaian
Ada beberapa jenis doa atau wirid yang secara khusus disusun sebagai penepis kelalaian. Semua wirid dan doa di bawah ini mungkin oleh sebagian kalangan dipertanyakan kesahihannya. Artinya dari mana dan dalil apa yang mendasari wirid dan doa tesebut sehingga tersusun. Kendatipun demikian, kiranya kita selaku santri atau para orang awam hanya perlu meyakini dan memantapkan hati bahwa semua wirid dan doa ini merupakan cerminan dari tirakat para Salaffunasshalih dalam mengelolo daya ingatan dan menghilangkan kelalaian mereka. Yang mana kita tahu bahwa riyadah (latihan batin) yang mereka lakukan sangat memberikan efek positif bagi diri mereka sendiri dan kita sebagai pengikutnya hanya bisa menjalankan apa yang mereka wariskan dengan harapan semoga bisa meraiah manfaat positif dari doa dan wirid ini sebagaimana yang mereka dapatkan.
Doa dan wirid ini seluruhnya terambil dari satu kitab karangan Syekh Lykamnul Halim Al-Basyeban, Siful Mutaalimin Li Tashil Mafahim" Fi Ad- Da’awat Wal Auraad Al Waridah Lisur’atil Fahmi Wa Izalatin Nisyan (hal. 7, 14,27, 44) yang diterbitkan dibawah yayasan pondok pesantren Al-falah. Dusun Gumenggeng Desa Janti RT 15 RW 06 Kecamatan Wates Kabupaten Kediri- Jawa Timur. Yakni satu kitab yang secara khusus menghimpun berbagai doa dan wirid untuk membantu para santri dan pelajar dalam mempercepat memahami pelajaran dan untuk menghilangkan kelalaain yang mereka alami. Semua wirid dan doa di dalamnya,-menurut penyusunnya-didasarkan pada hadis dan asar sahabat dan juga qaul ulama. Oleh karena itu, ada berbagai jenis sighat (redaksi) doa atau wirid yang disebutkan dalam kitab tersebut. Apapun bentuk redaksi, anda boleh memilih ketika menghendaki untuk dipraktekan. Jenis wirid dan doa itu adalah sebagai ini:
1.      Bacakan Basmalah 786 kali di atas wadah yang berisi air. Kemudian minumlah air tersbut ketika terbitnya matahari selama tujuh hari. Insyaaalah karena ini, kebodohan akan segera sirna dan anda akan mudah menghafal segala sesuatu yang anda dengar.
2.      Melanggengkan doa berikut ini sebagaimana keterangan dalam kitab Al Arbaiin Al Idriyyah. Dengan izin allah, insyaalah kelalaian akan sirna.
يَا عَلّاَمُ اْلغُيُوْبِ فَلَاشَيْءَ يَفُوْتُهُ مِنْ عِلْمِهِ وَلاَ يَؤُدُهُ
3.       Membaca Shalawat Kamaliyah yakni
اَلُّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ كَمَا لَانِهَايَةَ لِكَمَاِلكَ وَعَدَدِ كَمَالِهِ
Diantara Magrib dan Isya dengan jumlah tak ditentukan artinya sebanyak- banyaknya. Insyaallah juga bisa menghilangkan kelalaian
4.      Dalam hadis Salma RA dari Nabi SAW bahwa Nabi bersbada " barangsiapa yang menulis Ayat Kursi dengan minyak zakfaran tujuh kali pada telapak tangan yang kanan. Dimama semua yang ia tuliskan kemudian dijilat jilat denngan lidahnya, maka ia tidak akan lupa dan malaikatpun akan memintakan ampunan untuknya”.
5.      Membaca doa:
الَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيَّ فُتُوْحَ اْلعَارِفِيْنَ بِحِكْمَتِكَ وَانْشُرْ عَلَيَّ رَحْمَتَكَ وَذَكِّرْنِي مَانَسِيْتُ يَاذَالْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
6.      Barangsiapa yang berwudhu kemudian duduk di tempat yang sunyi bersih sambil menghadap kiblat, lalu membaca Al-Fatihah 70 kali dan disetiap kalinya, ia memghembuskan bacaannya tersebut ke dalam air setelah itu lalu diminum selama tujuh hari, maka Insyaallah hilanglah penyakit lupa.
Demikianlah beberapa jenis wirid maupun doa sebagai terapi ruhani dalam menepis kelalaian. Harapan disampaikan wirid adalah supaya seseorang tidak melupakan ikhtiar batin dalam menghendaki suatu tujuan. Karena ada beberapa.dari kita yang melupakan ikhitair batin seperti membaca doa, dan lebih mengunggulkan ikhyiar lahir. Padahal iikhtiar batin juga tidak kalah penting dan ikut andil dalam memperlancar suatu maksud dan tujuan tersebut. Semoga bermanfaat.[]

Daftar Rujukan
Terjemah Alquran Departemen Agama 2010
Az- Zarnuji, Ta' Lim Al- Muta'alim Fi Thariqat At - Ta' Alum, Jakarta: Dar Ihya, Cet.1.
Al- Ghazali, Minhajul.' Abidin, Libanon:Dar Fikr. 1435 H.
Hasyim Asy'ari, Adabul ' Alim Wa Al' Muta' Alim, Jombang:Dar At-Turast Islami, Tanpa Tanpa.
Al-Basyeban, Lukanul Hakim, Saifulmuta' Alimin Li Tashil Al Mafahim: Fi Ad- Da' Awat Wa Al- Auraad Al- Waridah Li Sur' Ati Al- Fahmi Wa Izalat An- Nisyan, Kediri: Pon.Pes. Alfalah, Tanpa Tahun




[1] Satu Mistqol ukuran yang setara dengan  3,87b Gr.

Comments