Upacara,
Sebuah Doa Untuk Para Syuhada
Sebentar
lagi hati itu akan tiba. Hari dimana bangsa Indonesia akan segera merayakan
kemerdekaan tanah airnya. Seluruh elemen bangsa, mulai dari aparatur negara,
PNS, karyawan, pelajar hingga warga sipil pun ikut memeriahkan momen penting
ini. Yakni salah satunya dengan melakukan upacara bendera di seluruh pelosok
negeri hingga luar negeri.
Ya,
upacara adalah suatu bentuk penghormatan dan persembahan dari anak bangsa
kepada leluhrunya, tokohnya dan para pahlawannya. Ia layaknya seperti
"takrama" seorang anak sepeninggal orang tuanya atau seorang murid kepada gurunya. Sehingga
bagi warga Indonesia sendiri, ritual upacara ini tidak hanya dimaknai sebagai
acara seremonial saja, melainkan sudah menjadi uswah yang menyimpan beribu
nilai, pesan dan kesan yang mendalam bagi mereka.
Jika
kemudian belakangan ini, ada orang atau
kelompok yang sengaja berkoar-koar menyerukan ketidaksetujuannya terhadap
praktik ritual ini, dengan mengatakan bahwa ia adalah seperti menyembah berhala
(karena hormat kepada bendera), sehingga dinilai sebagai bagian dari kesesatan,
thagut bahkan kekafiran, maka jangan ladeni mereka dengan suasana emosi. Cukup
berikan senyuman hangat dan rangkulan tangan yang erat di pundak mereka. Karena
untuk saat ini, mereka hanya butuh pemahaman yang lebih luas terkait pentingnya
menumbuhkan cinta tanah airnya sendiri. Supaya lebih "lunak"
menyikapi perbedaan-perbedaan di bangsa tercinta ini.
Namun,
jika mereka tetap saja bersikukuh dalam pendiriannya dan terus
"ngotot" menyalahkan pelaku ritual upacara ini, maka pahamkan kepada
mereka bahwa ritual upacara bukanlah kita menyembahnya, melainkan hanya sebatas
memberikan penghormatan. Mengapa demikian?. Karena menyembah itu berbeda dengan
menghormati. Menyembah adalah sebuah
pengakuan dan ketundukan secara lahir batin kepada sesuatu yang sakral dan tak
akan menduakannya dengan yang lain. Sementara menghormati adalah bentuk
apresiasi, takrama dan etika yang ditampakkan untuk memuliakan sesuatu yang
dianggap mempunyai derajat mulia.
Begitu juga dengan proses upara ini, bahwa ia
bukan termasuk menyembah melainkan hanya sebatas menghormati "simbol
"negara" dan bentuk "apresiasi" atas jasa para pahlawan
yang telah menorehkan kemerdekaan dari para penjajah saat itu. Jika upacara
bendera masih saja dianggap seperti 'menyembah behala', lalu apa bedanya dengan
seorang anak yang mencium tangan orang tuanya sebagai tanda hormat; lantas
apakah tidakan itu juga disebutkan sebagai menyembah?. Sungguh ironis, bila
menganggapnya demikian. Maka dari itu, upacara Agustus yang di dalamnya ada
pengibaran bendera pusaka, penghormatan, hingga menciumnya, sekali lagi
bukanlah tindakan menyembah melainkan hanya bentuk penghormatan saja.
Oleh
karena itulah, salah satu cara terbaik untuk menyikapi persoalan ini adalah
dengan memahamkan kembali kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya generasi
muda dan anak-anak, tentang cinta tanah air melalui momentum kemerdekaan nanti.
Setidaknya ada beberapa alasan sekaligus pesan mengapa kita mesti melakukan ritual
upacara. Pertama, dengan memperingati upacara bendera, sebenarnya kita tengah
diajak untuk mengenal jatidiri bangsa yang sesungguhnya. Yakni dengan
menumbuhkan semangat kecintaan kepadanya. Karena cinta negara adalah bagian
dari wasilah menciptakan perdamaian di tengah-tengah umat manusia. Sehingga
jika negara yang damai, maka segala aktivitas manusia baik sosial, pendidikan
dan keagamaan akan lancar nan terkendali. Dengan demikian, upacara adalah
harapan untuk menciptakan perdamaian itu sendiri.
lebih jauh lagi, cinta tanah air, juga bisa dikatakan sebagai salah satu
"pendorong" bagi para pahlawan untuk mengusir para penjajah dalat
mendapatkan kemerdekaan ini. Bagaimana tidak?. Kita bisa menyaksikan bagaimana
semangatnya para tokoh dan para pejuang bangsa saat itu-- yang tergabung dalam Laskar
Revolusi-Jihad, misalnya, untuk melawan kebengisan penjajah. Mereka seakan-akan telah tersihir oleh memoar
yang menyerukan bahwa "cinta tanah air adalah bagian dari iman" dan
"melawan penjajah adalah bentuk jihad fi Sabilillah."" Karena
memoar inilah, jiwa patriotisme mereka tumbuh. Kesadaran mereka bangkit kembali.
Mereka menjadi lebih berani dan tak pantang mundur. Mereka tak memikirkan lagi
harta, tahta bahkan nyawa pun mereka ikhlaskan. Karena menurut mereka, lebih
baik mati berkalang tanah daripada hidup di tangan penjajah.
Kedua,
upacara bendera adalah wujud toleransi dan perekat persatuan bangsa. Mengapa
bisa demikian?. Karena saat upacara dilaksanakan, semua elemen masyarakat dari
pelbagai suku, ras dan agama berkumpul jadi satu dalam satu barisan, yakni
sebagai peserta upacara. Saat itu, sudah tidak ada lagi sikap fanatisme
golongan atau kepercayaan. Tidak ada lagi sikap saling menghujat, mencela atau
merendahkan kelompok lain. Yang ada hanya satu rasa, satu jiwa dan satu suara
yakni bhineka tunggal Ika. Mereka sepakat bersama untuk berikrar dan mengaku
bertumpah darah yang satu, yakni tanah air Indonesia. mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia dan saling menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Bukankah ini suatu bentuk toleransi dan persatuan yang nyata?.
Ketiga,
upacara bendera mengajarkan kita tertib, kompak dan disiplin. Ya, dengan
mengikuti upacara, sebenarnya kita juga tengah dilatih untuk menjadi pribadi
yang memiliki karakter tersebut, yakni menjadi pribadi yang disipilin dalam menjalankan tugas dan
kewajiban, baik kewajiban sebagai warga negara maupun kewajiban sebagai hamba
Allah. Kompak dan patuh terhadap setiap
perintah atau arahan. Artinya, setiap ada perintah kita selalu katakan
"siap" untuk mengerjakannya, layaknya seperti kesiapan peserta
upacara ketika mendapatkan komando dari pimpinannya. Kita juga didik untuk bisa
menghormati orang yang yang lebih tua,
sebagaimana ditunjukkan oleh sikap hormat peserta upacara kepada bendera dan
pembinanya. Disamping itu, dengan upacara, kita juga tengah diajarkan bagaimana
cara hidup yang rapi dan teratur sebagaimana rapi dan teraturnya barisan upacara
tersebut. Inilah nilai-nilai yang terkandung dalam ritual upaya yang mesti kita
tiru.
Keempat,
upacara adalah doa anak bangsa bagi leluhur dan pahlawannya. Ini adalah kesan
dan pesan terpenting dari dilaksanakannya ritual upacara Agustus tersebut.
Mengapa disebut doa?. Sebab, tujuan diselenggarakannya upacara adalah tidak
lain untuk mengenang jasa para pahlawan sekaligus sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah atas nikmatnya setelah diberi kemerdekaan dari para penjajah. Maka
betul sekali peribahasa yang mengatakan "Bangsa Yang Besar adalah Bangsa
yang Mengenang Jasa Para Pahlawan." Oleh karena itu, di dalam mengenang
dan ungkapan syukur itu, seluruh Masyarakat Indonesia, diajak untuk berdoa
besama dan memberikan harapan setinggi-tingginya supaya para pejuang yang
merebut kemenangan dari para penjajah saat itu, dicatat sebagai Syuhada yang
layak menempati surga-Nya. Dan supaya tangan air ini, yang telah mereka
wariskan untuk kita, bisa terus jaya, aman dan sentosa. Yakni benar-benar
menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun
Wa Rabbun Ghafur. Amin. []
Comments
Post a Comment